April 29, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Suhu Politik Pilpres/Pilkada Mulai Pengaruhi IHSG Sepekan ke Depan

IVOOX.id,Jakarta - Siklus suhu panas politik menjelang pilkada serentak 2018 dan pilres 2019 dan sejumlah sentimen negatif global bakal mempengaruhi gerak IHSG sepekan ke depan, sehingga indeks cenderung terkoreksi.

Demikian disampaikan analis PT KGI Sekuritas Indonesia, Yuganur Wijanarko, dalam catatan yang dirilis, Minggu (15/4). Menurut dia, penurunan iHSG saat ini belum signifikan jika dibandingkan dengan beberapa tahun lalu, seperti pada 2013 dan 2015 yang menurun berkisar 25-30 persen.

Pada 2013, lanjutnya, sebelum pilpres 2014 terjadi koreksi pada IHSG. "Tren IHSG sudah naik cukup tinggi dalam dua tahun terakhir, sehingga sentimen profit taking terhadap saham big cap dan lapis kedua tak bisa dihindari," kata dia.

Kondisi itu, kata Yuganur, memicu skenario bahwa IHSG masih berpotensi untuk mengalami kelanjutan koreksi. Selain itu, IHSG juga akan mengikuti pergerakan index Dow Jones yang meneruskan momentum negatif dalam pola downtrend. "Pasar mulai mengkhawatirkan kecenderungan bank sentral negara lain yang mengerek kenaikan suku bunga."

Dua sentimen global tersebut, tegasnya, bisa menghambat ekonomi global yang tengah dihadapkan pada era proteksionisme dan perang dagang antarnegara. "Sehingga, kondisi ini bisa menjadi sentimen negatif baru bagi IHSG," ucapnya. "Kondisi tersebut harus dicermati investor, karena akan memicu peningkatan capital outflow, lantaran aset rupiah kurang kompetitif."

Dari sisi domestik, tingkat PDB Indonesia tahun ini menjadi hal penting bagi pasar, karena masih tergolong stagnan dengan kenaikan tipis di tengah daya beli masyarakat yang menurun. Kenaikan suku bunga The Fed, tekanan terhadap SUN Indonesia bertenor sepuluh tahun oleh US Treasury belum bisa mengimbangi return dari treasury berdenominasi dolar AS, karena harus dikurangi country risk premium sebesar 4,5 persen.

"Kenaikan inflasi perlu dicermati, karena bisa naik di atas ekspektasi pasar, terutama bila dilihat dari energy cost yang memakan discretionary income atau daya beli masyarakat," tegas Yuganur.

Selanjutnya, para pelaku pasar juga perlu mencermati kenaikan harga minyak global yang memiliki risiko terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi yang sebelumnya sudah meningkat di atas 10 persen sejak awal 2018.

"Lalu juga laporan keuangan emiten sudah cukup terdiskon, namun terlihat ada potensi downgrade bila keadaan suku bunga dan rupiah cenderung tidak kondusif atau di luar perkiraan, sehingga akan memicu tekanan jual," ujar Yuganur.

Dia menambahkan, tekanan capital outflow pada pasar obligasi juga akan mempengaruhi pergerakan IHSG, karena kondisi tersebut akan berdampak pada volatilitas rupiah terhadap dollar AS. "Dengan mempertimbangkan kepemilikan asing di SUN yang mencapai 44 persen, maka potensi capital outflow cukup besar," kata Yuganur.

0 comments

    Leave a Reply