May 5, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Situasi yang Dihadapi Kru Lion Air JT610 Tak Ada di Buku Panduan

IVOOX.id, Jakarta - Para penyelidik Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengatakan pada Senin (12/11), perlu lebih banyak pelatihan untuk pilot yang menerbangkan Boeing 737 MAX.

Saran itu dikemukakan setelah penyelidikan menemukan bahwa para kru Lion Air JT610 yang nahas diyakini menghadapi situasi yang tidak ditemukan pada buku panduan pesawat jenis tersebut.

Para pilot AS juga tidak mengetahui potensi risiko, kata dua pilot AS mengatakan kepada Reuters.

Pernyataan tersebut memberikan titik terang pada beberapa hal yang menjadi penyelidikan di tengah persiapan KNKT merilis laporan awal kecelakaan Lion Air, yang direncanakan pada 28 atau 29 November, satu bulan setelah kejadian. Lion Air JT610, yang menggunakan Boeing 737 MAX, jatuh di perairan Karawang. Seluruh 189 penumpang dan awak pesawat tewas.

Hingga saat ini, perhatian masyarakat terpusat pada kemungkinan masalah perawatan, temasuk kesalahan sensor memberi informasi ‘angle of attack’, data vital untuk membantu pesawat agar terbang pada sudut yang benar dalam melawan arus udara dan menghindari kehilangan daya angkat atau stall.

Sekarang fokus penyelidikan kasus tersebut sudah meluas ke arah kejelasan prosedur, yang disetujui AS, untuk membantu pilot yang menerbangkan 737 MAX agar tidak panik saat menghadapi situasi kehilangan data dan metode untuk melatih mereka.

Dennis Tajer, seorang pilot Boeing 737 dan juru bicara dari Asosiasi Gabungan Pilot (Allied Pilots Association atau APA), mengatakan setelah kecelakaan Lion Air, APA diberitahu mengenai sistem baru yang dipasang Boeing pada 737 MAX yang dapat memerintahkan pesawat untuk turun dalam dalam situasi tertentu untuk mencegah hilangnya daya angkat.

“Ini adalah informasi yang tidak diberitahukan kepada kami dalam pelatihan atau buku panduan atau materi lainnya,” kata Tajer seperti dikutip Reuters. APA mewakili pilot American Airlines Group Inc.

Soerjanto Tjahjono, kepala Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), mengatakan, Senin (12/11) bahwa pihak regulator akan memperketat persyaratan pelatihan berdasarkan hasil dari temuan investigasi yang sudah ada sejauh ini.

“Kami tahu, karena adanya kejadian ini , kami tahu kami membutuhkan pelatihan tambahan,” katanya.

Komentar berfokus pada isi manual pesawat dan kursus konversi yang memungkinkan pilot yang mengoperasikan generasi Boeing sebelumnya, yaitu Boeing 737 NG, untuk beralih mengoperasikan MAX.

Buku petunjuk tersebut tidak mencakup bagaimana menangani situasi seperti yang terjadi dalam kecelakaan tersebut, kata Soerjanto kepada para wartawan.

Pihak Lion Air mengatakan pada Senin bahwa mereka telah mengikuti pelatihan yang disetujui oleh regulator AS dan Eropa.

Pelatihan yang telah mendapat persetujuan itu dibatasi hanya tiga jam pelatihan berbasis komputer dan pengenalan penerbangan, kata manajer umum Lion Air Training Center, Dibyo Soesilo.

Seorang pejabat pemerintah AS mengatakan Boeing diharapkan mengungkap pembaruan perangkat lunak untuk mengurangi risiko dari sistem perlindungan stall dari 737 MAX. Tapi belum jelas kapan informasi itu akan dirilis.

Boeing menolak berkomentar tentang pembaruan perangkat lunak, namun mengatakan itu mengambil “setiap langkah” untuk sepenuhnya memahami semua aspek dari kecelakaan tersebut dan bekerja dengan tim investigasi dan semua pihak berwenang yang terlibat.

Kecelakaan pada 29 Oktober adalah kecelakaan pertama yang melibatkan 737 MAX, versi terbaru dari pesawat jet berbadan sempit Boeing yang mulai terbang tahun lalu.

0 comments

    Leave a Reply