March 29, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Emiten Perkebunan

Sinar Mas Berkomitmen Bangun Kebun Sawit Berkelanjutan

iVooxid, Pontianak - PT SMART (Sinarmas Agro Resources and Technology) berkomitmen membangun kebun sawit yang berkelanjutan, dengan tidak menanam pada area stok karbon tinggi dan kawasan yang mempunyai nilai konservasi tinggi.

"Selain itu, kami juga berkomitmen tidak membuka kebun kelapa sawit di lahan gambut dan tidak menggunakan teknik membuka lahan dengan cara bakar," kata CEO Perkebunan Sinarmas Wilayah Kalbar, Susanto saat memberikan kuliah umum untuk mahasiswa S2 - Magister Agroteknology, Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak, Kamis (6/9/2016).

Susanto menjelaskan, pihaknya juga melindungi satwa dan tumbuhan yang dilindungi atau terancam punah.

"Sejak dulu perusahaan kami telah menerapkan tata kelola pengelolaan kebun kelapa sawit yang memperhatikan aspek lingkungan," ungkapnya.

Dalam kuliah umum tersebut, Susanto menjelaskan kepada mahasiswa, adanya sedikit pandangan dari masyarakat dan juga berbagai media, bahwa pembangunan kebun sawit telah memarjinalkan masyarakat setempat.

"Itu jelas tidak benar, berbagai kebijakan yang kami rumuskan dan jalankan, salah satunya melakukan proses FPIC (Free Prior Informed Consent), suatu proses dimana kita melakukan sosialisasi memberikan penjelasan tentang dampak positif dan negatif secara terbuka dan tanpa paksaan terlebih dahulu kepada masyarakat sebelum suatu proyek akan dikerjakan. Setelah masyarakat memahami, kemudian mereka ikut terlibat secara aktif baru mereka bisa mengambil keputusan untuk menyetujui atau ikut serta dalam proyek ini, atau tidak," ujarnya.

Pihaknya juga telah melakukan kegiatan inisiatif berbentuk pemetaan partisipatif 50 desa di Kalbar sepanjang 2015, dan kegiatan ini akan dilanjutkan lagi di 22 desa pada 2016.

Tujuan kegiatan ini adalah secara bersama-sama anggota masyarakat melakukan pemetaan semua wilayah yang ada di dalam kawasan perkebunan, untuk dibuatkan batas-batas desanya sehingga nanti ke depan tidak ada lagi klaim-klaim batas desa yang bisa menyebabkan konflik, katanya.

"Kami juga melatih masyarakat membuat perencanaan penggunaan lahan, untuk pengembangan kawasan pemukiman atau kampung mereka, dengan memetakan mana yang akan dijadikan hutan cadangan, tanah komunal, tanah dikuasai individu, tanah negara, dan yang mana yang akan dijadikan kawasan perkebunan," ujar Susanto.

Dengan adanya pemetaan partisipatif dan kesepakatan masyarakat tentang rencana penggunaan lahan, tentunya diharapkan pembangunan kebun kelapa sawit ke depannya, bisa mengurangi atau bahkan mencegah konflik.

Menurut Susanto yang juga sebagai pengurus GAPKI menambahkan, perkebunan kelapa sawit merupakan produk strategis Indonesia karena telah menyerap tenaga kerja yang begitu besar secara langsung sekitar 4,5 juta orang, dan secara tidak langsung mencapai 16 hingga 20 juta orang.

Kemudian, memberikan sumbangan devisa hingga lebih dari Rp200 triliun atau sekitar 20 miliar dolar AS pada tahun 2015 yang merupakan kontribusi devisa terbesar termasuk di atas sektor Migas.

"Tentunya karena produk strategis dan merupakan karunia Tuhan untuk Indonesia karena kelapa sawit hanya tumbuh subur dan baik di wilayah khatulistiwa khususnya Indonesia dan Malaysia, maka kelapa sawit ini perlu kita jaga, kawal dan kelola serta dimanfaatkan sebaik- baiknya untuk kepentingan bangsa dan negara," katanya.

Sementara itu, Dekan Fakultas Pertanian Untan, Dr Radian mengatakan kuliah umum yang bertemakan pembangunan kebun kelapa sawit berkelanjutan yang dilaksanakan di ruang sidang Fakultas Pertanian Untan, adalah sebagai sarana menambah wawasan mahasiswa dalam bidang perkebunan.

"Kami bekerja sama dengan PT SMART Tbk, tujuannya untuk menambah wawasan dari mahasiswa baik S1 dan S2 tentang pengelolaan kelapa sawit secara berkelanjutan, sehingga mahasiswa dan kaum civitas akademika Fakultas Pertanian bisa mengetahui dan memahami apa yang dilakukan oleh pengelola perkebunan kelapa sawit," katanya.

Apa yang dilakukan ini nantinya merupakan bagian dari pertimbangan untuk menyusun kurikulum. "Kurikulum yang kita buat itu mengacu juga kepada sarjana yang kita hasilkan sehingga sesuai dengan kebutuhan dari stakeholder," katanya.

Menurut dia, pihaknya juga telah lama menjalin kerja sama dengan PT SMART Tbk dan Gabungan Asosiasi Pengusaha Sawit Seluruh Indonesia (GAPKI).

"Kita juga akan melakukan kerjasama yang lain, di samping kuliah, juga magang, selama ini mahasiswa kita juga sudah ditempatkan di hampir semua perusahaan sawit yang ada di Kalbar dan juga mendukung riset-riset baik dosen dan mahasiswa untuk dapat memadukan antara kepentingan akademisi dan praktisi di lapangan," katanya. (ant)

0 comments

    Leave a Reply