April 25, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

SILIN Dukung Peningkatan Produksi HHBK dan Potensi Jasa Lingkungan

IVOOX.id, Jakarta -- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Rabu, 23 Januari 2019. Indonesia kini tengah menyongsong harapan baru dalam kejayaan pengusahaan hutan alam, harapan ini hadir dalam suatu terobosan yang dinamakan sistem Silvikultur Intensif (SILIN). SILIN merupakan strategi peningkatan hutan produksi yang memadukan tiga kegiatan yaitu pemuliaan pohon, manipulasi lingkungan, dan pengelolaan Organisma Pengganggu Tanaman (OPT).


Sebagaimana disampaikan oleh pakar Silvikultur Prof. Moh. Na'iem, dalam acara pencanangan Kebangkitan Hutan Alam Indonesia dan Sosialisasi SILIN yang dilaksanakan oleh KLHK, di Jakarta (22/01/2019), SILIN dapat meningkatkan produktivitas kayu hingga 3 kali lipat daripada metode Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI). 


“Berdasarkan pengalaman penerapan SILIN pada Meranti, mampu meningkatkan riap tanaman hingga 1,7 cm/tahun, dibandingkan pertumbuhan alaminya sekitar 0,2-0,6 cm/tahun,” jelasnya.


Dirinya juga menambahkan, penerapan SILIN pada areal 20% dari landscape kawasan Ijin Usaha Hasil Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK), dapat meningkatkan produktivitas kayu 3 kali dari potensi hutan alam, sehingga SILIN turut menjamin kelestarian bahan baku dan industri kehutanan, untuk mendukung pengelolaan hutan lestari yang berkelanjutan. 


“Implementasi SILIN pada hutan alam tidak hanya dapat meningkatkan produksi kayu, tetapi juga peningkatan produksi hasil hutan bukan kayu (HHBK), dan berpotensi  untuk mendukung kelestarian habitat satwa liar,’’ lanjut Na'iem.


Selain itu, untuk mendukung SILIN sebagai program yang berkelanjutan, ia juga menyarankan perlunya insentif berupa pengurangan pembayaran Dana Reboisasi, dan penetapan tanaman sebagai aset perusahaan oleh pemerintah. “Hal ini kedepannya dapat meningkatkan PNBP, jasa lingkungan, dan produksi HHBK pada tahun-tahun yang akan datang,” pungkasnya.


Hal serupa juga disampaikan oleh pakar lainnya, Dr. Agus Setyarso, yang berpendapat, penerapan SILIN mendukung produksi energi biomassa dari limbah hutan alam, dan keberlangsungan jasa lingkungan air dan ekowisata, serta sebagai salah satu kekuatan dalam upaya mitigasi perubahan iklim.


“Meningkatkan produktivitas hutan perlu komitmen semua pihak, dan bagi pengusaha hutan alam yang tidak mempunyai komitmen untuk meningkatkan produktivitas dan nilai hutan, dapat diberikan sanksi tegas,” jelasnya.


Dirinya menuturkan, hasil tanaman SILIN perlu diperlakukan sebagai aset usaha, sehingga hasil panennya dapat dijual ke pasar pada bentuk produk yang paling tinggi pertambahan nilainya, termasuk ekspor. Terkait hal ini, pemerintah dapat mendukung pendanaan jangka panjang melalui Pusat Pembiayaan Pembangunan Hutan. Menurutnya, investasi SILIN dapat menjadi peluang kerjasama pemerintah, pengusaha, dan masyarakat melalui kerangka Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH).


“Kita tidak lagi pada masa menebang terus memperoleh pendapatan. Kita harus berjuang sekuat tenaga., pendanaan, dan pikiran, serta kerjasama untuk membangkitkan hutan alam mencapai kembali kejayaannya secara lestari, baru kemudian memperoleh pendapatan yang lebih banyak,” ujar Agus menutup paparannya.


Sementara itu, dalam acara yang turut dihadiri oleh Menteri LHK Siti Nurbaya dan kurang lebih 500 orang dari berbagai pemangku kepentingan ini, Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL), Hilman Nugroho, menyampaikan bahwa KLHK telah menerbitkan Pedoman Teknik Silvikultur Intensif (SILIN) Meranti dalam Pengelolaan Hutan Produksi melalui Peraturan Dirjen PHPL Nomor P.12/PHPL/SET/KUM.1/12/2018 Tahun 2018. 


“Dengan SILIN lingkungan dapat menjadi lebih baik, produksi hutan dan kesejahteraan masyarakat meningkat, industri kayu berkembang, peluang pekerjaan menjanjikan, hingga tercipta kayu melimpah rakyat sumringah,’’ tuturnya.(Adhi Teguh)

0 comments

    Leave a Reply