May 2, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Siapapun Presidennya, Federal Reserve Tetap Naikkan Suku Bunga 25-50 Bps

iVooxid, Jakarta - Federal Reserve (The Fed), Bank Sentral Amerika Serikat (AS), akan tetap menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada akhir 2016 dan akan kembali menaikkannya pada 2017 mendatang. Karena itu, siapapun yang akan terpilih menjadi Presiden AS ke-58 nanti, orang itu diyakini tidak akan mengubah pendirian kebijakan The Fed untuk menaikkan suku bunga. Demikian diungkapkan Lana Soelistianingsih, ekonom Universitas Indonesia.

“The Fed memiliki pendirian yang kuat seperti itu karena institusi tersebut yang senantiasa menjaga kredibilitas keuangan AS. Kenaikan suku bunga dinilai bukan merupakan isu yang penting, tetapi yang terpenting sampai seberapa kuat perekonomian AS pada tahun depan,” paparnya di Jakarta, Selasa (8/11).

Lana mengemukakan, jika ekonomi AS membaik, maka The Fed bisa menaikkan suku bunga 50 bps pada 2017. Tetapi jika sebaliknya, maka The kenaikan suku bunga hanya sebesar 25 bps. Meski demikian, The Fed masih terus mengkaji berbagai data yang menggambarkan kondisi perekonomian AS.

“Selain data pertumbuhan ekonomi, The Fed juga akan mengkaji data mengenai penciptaan tenaga kerja serta data produksi industri dan manufaktur. Pasalnya, kinerja data-data ini masih belum stabil dari bulan ke bulan,” ujar Lana.

Lana juga menuturkan, perekonomian AS akan berjalan moderat jika dipimpin oleh Hillary Clinton. Hillary merupakan pilihan pasar karena dianggap tak akan melakukan banyak perubahan kebijakan ekonomi seperti yang diterapkan oleh pendahulunya. Berbeda dengan Donald Trump yang akan melakukan perubahan, contohnya proteksi terhadap pasar industri dalam negeri AS.

Lana mengungkapkan, jika kebijakan untuk melakukan proteksi terhadap pasar industri dalam negeri AS dilakukan, maka akan terjadi peralihan pasar produk-produk Cina dari pasar AS ke pasar negara-negara berkembang (emerging market).

“Jika pasar industri dalam negeri AS diproteksi, maka barang-barang Cina akan masuk ke pasar negara-negara berkembang, termasuk indonesia. Seperti diketahui, hingga kini perekonomian Cina masih mengandalkan ekspor. Karena itu, jika perekonomian Cina melemah, maka hal itu akan berpengaruh ke perekonomian Global, termasuk Indonesia,” pungkasnya.[abr]

0 comments

    Leave a Reply