October 7, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Sempat Jadi Primadona, Ini Alasan Masker Scuba dan Buff Kini Dilarang untuk Dipakai

IVOOX.id, Jakarta - Pandemi Covid-19 di Indonesia masih berlangsung, bahkan grafik kini memperlihatkan tingginya orang yang terkena virus corona.

Dari awal pandemi, Presiden Jokowi beserta jajarannya telah memberikan informasi serta menerapkan sejumlah protokol kesehatan guna mengurangi penyebaran.

Protokol kesehatan tersebut terdiri dari menjaga jarak, mencuci tangan, memakai masker, dan menghindari ruang tertutup dengan banyak orang dan ventilasi yang kurang baik.

Berbicara soal pemakaian masker, kini diterapkan aturan tegas untuk hal tersebut. Bahkan, jika tidak memakai masker, kita bisa dikenakan denda.

Tak heran kini beragam jenis masker menjamur dan mudah ditemukan di mana-mana. Mulai dari masker medis hingga masker non-medis yang bisa dipakai ulang.

Namun, kini ada larangan untuk memakai masker jenis scuba dan buff.

Pada 15 September 2020, Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menanggapi larangan penggunaan masker scuba dan buff.

Ia mengatakan, masker scuba dan buff kurang efektif menangkal virus corona.

"Masker scuba atau buff adalah masker dengan satu lapisan saja dan terlalu tipis sehingga kemungkinan untuk tembus lebih besar," ujar Wiku.

Wiku menyebutkan, masker scuba biasanya mudah ditarik ke leher sehingga penggunaannya menjadi tak efektif sebagai pencegahan.

Menurut dia, masker menjadi alat penting dalam mencegah penularan virus corona sehingga masyarakat perlu memakai masker yang berkualitas seperti masker bedah atau kain katun tiga lapis.

Berdasarkan penelitian Universitas Oxford, kain katun mempunyai tingkat ketahanan dari penularan virus corona sebesar 70 persen.

Meski demikian, meningkatkan ketahanan proteksi dianjurkan memasukkan tisu yang dilipat menjadi tiga bagian di dalam masker kain.

Sementara itu, Peneliti Loka Penelitian Teknologi Bersih (LPTB) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dr Eng Muhamad Nasir menjelaskan dasar pengujian kinerja utama masker.

Ia memaparkan, ada tiga tahapan pengujian kinerja utama masker yakni:

a. Uji filtrasi bakteri (bactrial fitritation efficiency)

b. Uji filtrasi partikulate (particulate filtration efficiency)

c. Uji permebilitas udara dan pressure differential (breathability dari masker).

Menurut dia, masker kain dengan bahan lentur seperti scuba, saat dipakai akan terjadi perenggangan bahan sehingga kerapatan dan pori kain membesar serta membuka yang membuat permeabilitas udara menjadi tinggi.

Hal tersebut membuat peluang partikular virus untuk menembus masker semakin besar.

Buff juga disebut tak memberikan perlindungan yang efektif terhadap penyebaran virus corona.

Melansir Healthline, sebuah studi dari Duke University di Carolina Utara, Amerika Serikat, para peneliti menyimpulkan bahwa buff tak efektif memblokir droplet atau tetesan pernapasan yang keluar dari mulut, di mana menjadi salah satu jalur masuk penularan virus corona Covid-19.

Sehingga, saat orang berbicara dan droplet keluar dari mulut, risiko penularan penyakit tetap tinggi.

Bahkan, disebutkan bahwa orang menggunakan buff jauh lebih buruk dibandingkan orang yang tak memakai masker sama sekali.

Menurut para peneliti, buff justru membuat droplet semakin berkembang biak di udara.

"Mungkin banyak orang berpikir, menggunakan masker jenis apa saja lebih baik dibandingkan tidak memakainya sama sekali. Akan tetapi, hal itu salah," jelas pemimpin studi Duke University, Martin Fischer.

"Kami mengamati bahwa jumlah droplet meningkat saat orang memakai buff. Kami yakin, bahan yang digunakan pada buff dapat memecah droplet menjadi partikel berukuran lebih kecil.

Hal ini membuat pengguna buff menjadi kontraproduktif, karena tetesan yang lebih kecil lebih mudah terbawa udara dan membahayakan orang di sekitar," lanjut dia. Penelitian ini membuktikan bahwa tidak semua masker memiliki tingkat keefektifan yang sama.

Direktur Divisi Alergi dan Imunologi di Rumah Sakit Anak Nationwide di Ohio, Mitchell H Grayson mengungkapkan, penggunaan sehari-hari masker kain dengan beberapa lapisan dapat berfungsi sama baiknya dengan masker bedah.

Peneliti di Pusat Penelitian Biomaterial LIPI, Dian Burhani, S.Si, M.T mengungkapkan, salah satu faktor yang menentukan efektivitas masker untuk mencegah penyebaran virus corona adalah ukuran pori material bahan.

"Virus corona ini kan ditularkan melalui droplet. Jadi, agar efektif memang ukuran pori bahan masker harus lebih kecil dari ukuran droplet," kata Dian, 16 September 2020.

Ia menambahkan, jika dibandingkan dengan masker N95 yang porinya 14 mikron, masker berbahan scuba mempunyai pori yang lebih besar, sekitar 30-40 mikron.

Selain ukuran porinya lebih besar, hal lain yang membuat masker scuba diragukan efektivitasnya karena masker hanya satu lapis.

"Kalau hanya memakai masker satu lapis, khawatir droplet menempel pada bagian luar masker dan lama-lama meresap melalui pori masker, yang kemudian akan langsung mengenai mulut dan hidung kita," ujar dia.

Dian menambahkan, selain masker N95 dan masker bedah, masker yang terbilang efektif mencegah penularan virus corona yaitu masker katun tiga lapis, karena setiap bagian masker memiliki fungsi perlindungan masing-masing.

0 comments

    Leave a Reply