April 30, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Rupiah Melemah, HIPMI : Bukan Hanya Karena Eksternal, Juga Faktor Internal

IVOOX.ID, Jakarta – Rupiah konsisten meneruskan trend pelemahanya. Ketua BPP HIPMI (Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) Bidang Ekonomi, Muhamad Idrus, mengatakan pelemahan rupiah bukan hanya semata karena faktor eksternal, persaingan dagang antara AS dengan China dan Uni Eropa, tapi juga disebabkan faktor internal.


Idrus mengkhawatirkan pekan ini nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menebus angka Rp 15.000. Karena itu, lanjut Idrus, HIPMI menghimbau Presiden Joko Widodo (Jokowi) segera memberikan solusi.


"Para analis perbankan memprediksi dolar AS akan jatuh pada angka Rp 14.600. Antisipasi kemungkinan terburuk pekan depan, yaitu tembus Rp 15.000. Kami mengimbau dengan segera agar presiden bertindak," kata Idrus dalam keterangan tertulis, Senin (9/7).


Jika dolar AS menembus Rp 15.000, maka menurut Idrus perekonomian Indonesia semakin terpuruk. Industri Indonesia, banyak tergantung bahan baku impor.

"Semoga hal ini tidak terjadi, nilai tukar bisa kembali menguat. Industri kita didominasi Foot Loose Industry yang mengandalkan bahan baku impor. Kalau nilai tukar terus melemah, industri kita akan kolaps," jelasnya.


Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira Adhinegara, rupiah  juga memprediksi rupiah tembus level 14.800 per dolar AS.

"Pelemahan kurs akan terus berlanjut hingga akhir bulan Juli dengan prediksi terburuk menyentuh 14.700-14.800 per dolar," kata Bhima.


Bhima mengungkapkan pelemahan atau depresasi tersebut diperkirakan sebagai imbas dari perang dagang antara AS dan Tiongkok. "Efek perang dagang dikhawatirkan menurunkan kinerja ekspor negara berkembang seperti Indonesia," tegas Bhima.


Bhima melihat, pemerintah lambat mengantisipasi kemungkinan tersebut. Kebijakan yang diambil Bank Indonesia pun dinilai belum berhasil.


"Antisipasi dari pemerintah juga lambat, ibarat pemadam kebakaran yang bingung ketika api makin membesar. BI sudah kerja keras dari sisi moneter, tapi dari sisi fiskalnya belum ada gebrakan. Itu yang menurunkan kepercayaan investor. Selain karena data kinerja ekonomi Indonesia memburuk. Seperti defisit transaksi berjalan yang melebar dan defisit perdagangan," tutup Bhima.

0 comments

    Leave a Reply