November 20, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Risiko Global Tak Menentu, Sri Mulyani: Kecenderungan pelemahan ekonomi

IVOOX.id - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan di tahun 2024 ini situasi global masih penuh dengan ketidakpastian dan ada kecenderungan pelemahan ekonomi pada sejumlah negara.


"Memasuki 2024, berbagai risiko global masih harus terus kita cermati yaitu perkembangan dan kecenderungan pelemahan ekonomi dari sejumlah negara utama dunia," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Selasa (30/1/2024).

Menurutnya meningkatnya tensi tekanan geopolitik juga semakin tereskalasi. Kemudian fragmentasi global juga dikhawatirkan dapat meningkatkan tekanan fiskal di berbagai negara.

"KSSK berkomitmen terus memperkuat koordinasi dan sinergi, serta meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko perlambatan ekonomi baik di tingkat global maupun domestik. Berlanjutnya ketidakpastian global pada 2024 juga terus dicermati," kata Sri Mulyani.

"Meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko perlambatan ekonomi dari sisi global dan berlanjutnya ketidakpastian global pada 2024 dan kondisi perekonomian domestik dan dinamika perekonomian domestik, serta rambatan yang mungkin terjadi dari sisi global terhadap perekonomian Indonesia dan sektor keuangan domestik," ucapnya.

Kemudian Sri Mulyani mengatakan belum lama Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi global akan melambat dari tahun sebelumnya hingga 2,4 persen pada 2024.

"Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan melambat dari sebelumnya 3 persen pada 2022, menjadi hanya 2,6 persen 2023 dan kembali melemah menjadi 2,4 persen pada 2024 ini. Jadi situasi 2023 lebih lemah dari 2022, dan 2024 lebih lemah dari 2023," imbuhnya.

Kendati begitu dengan sejumlah upaya yang dilakukan, Sri Mulyani masih meyakini pertumbuhan ekonomi di Indonesia akan terjaga di 5,2 persen. Dia berharap gelaran pemilu di tahun ini akan memberikan dorongan positif pada tingkat daya beli masyarakat sehingga inflasi berada di level 2,6 persen.

"Terutama didukung oleh konsumsi dan investasi. Aktivitas konsumsi masyarakat masih kuat didukung dengan tingkat inflasi yang relatif terkendali, juga penurunan tingkat pengangguran serta peranan APBN yang secara aktif pada 2023 sebagai shock absorber yang terus menjaga daya beli masyarakat kita," ucapnya.

0 comments

    Leave a Reply