April 20, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Revolusi Mental Itu Nyata

IVOOX.id, Jakarta - Selama 4 (tahun) berjalan, banyak yang merasakan dampak dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). Dimulai dari inisiatif-inisiatif kecil, gerakan Revolusi Mental bergerak dari bawah, dari nadi-nadi masyarakat yang juga menginginkan perubahan.

Pemerintah yang dipimpin Presiden Jokowi & Wapres Jusuf Kalla,  konkret memberikan contoh serta teladan bagaimana Revolusi Mental dijalankan. 'Blusukan',  dialog langsung dengan masyarakat, mendorong semua jajaran pemerintah untuk melayani dan berorientasi sebaik-baiknya mewujudkan kesejahteraan rakyat, mengelola pemerintahan dengan transparan/akuntabel, dan banyak hal lainnya. Jika ada pertanyaan apa bukti kontretnya. Deretan angka dan data bisa menggambarkan apa saja yang sudah dicapai.

Tapi lagi-lagi, gerakan ini bukan sebatas angka, gerakan ini mengajak semua untuk bersuara dan berubah #AyoBerubah.

Gerakan Nasional Revolusi Mental mendorong terwujudnya 5 gerakan perubahan Indonesia : Gerakan Indonesia Melayani, Gerakan Indonesia Bersih, Gerakan Indonesia Mandiri, Gerakan Indonesia Tertib, dan Gerakan Indonesia Bersatu. Tapi itu hanya kategorisasi karena sesungguhnya revolusi itu adalah kesinambungan dan hubungan yang tak saling putus.

Bukti nyata di tahun 2018 ini adalah perbaikan IPM yang meningkat menjadi 70, 81. Tapi apakah capaian itu berhubungan dengan revolusi mental? Mari kita lihat. Selama 4 tahun ini, pemerintah terus memberikan intervensi agar kualitas SDM Indonesia meningkat. Melalui apa? Banyak, Kartu Indonesia Pintar, Kartu Indonesia Sehat, Program Keluarga Harapan, dan Bantuan Pangan Non Tunai. Semua intervensi dilakukan sebagai upaya pemerintah untuk terus -melayani- masyarakat dan memberikan yang terbaik.

Kemudahan-kemudahan juga terus diberikan agar masyarakat bisa lebih produktif, tidak habis waktu dengan hal-hal yang sifatnya administratif. Pengurusan surat-surat seperti paspor, SIM, BPJS, KTP, sertifikat, dan sebagainya semakin mudah.

Tujuannya apa, agar masyarakat terbiasa untuk hidup tertib dan efektif. Waktu yang selama ini tersita untuk mengurus surat bisa dialihkan untuk hal-hal lain yang lebih produktif. Mental-mental yang menunggu inisiatif kini ditantang untuk menjemput tantangan. Pemerintah tidak ingin masyarakat menunggu, saatnya kita bergerak sama-sama. Karena tantangan sudah ada di depan mata.

Apakah mental kita mengalami perubahan? Tengok saja bagaimana pungli-pungli tidak lagi mendapat tempat, mereka harus berkreasi di ruang terbatas yang lagi-lagi tak sudi memberi mereka tempat.

Mental itu bicara cara berfikir dan bagaimana kita menyelesaikan masalah. Kampanye perubahan mental bukan hanya slogan, tapi dia adalah nafas dan denyut nadi yang ada bersama kita. Saat, pemerintah melalui Kementerian LHK mati-matian mengurangi titik api agar tidak banyak hutan yang terbakar, upaya itu bisa percuma saat masih banyak yang ingin merusaknya.

Saat kemandirian terus ditanamkan melalui berbagai upaya. Melalui kemudahan mengambil kredit, mengurus perizinan, dan sebagainya. Kini juga telah banyak lapak-lapak usaha digital yang semakin mudah digunakan. Tapi masyarakat juga harus sama-sama, berkomitman untuk mewujudkannya.

Telah banyak upaya untuk menyebarkan semangat Gerakan Revolusi Mental. Tapi, rasanya capaian gerakan ini bukan untuk digembar-gemborkan. Ini adalah nilai-nilai yang harus ditanamkan lebih dalam ke hati masyarakat. Semakin membumi, dan semakin menguatkan jati diri bangsa ini.

Semua nilai dari Gerakan Revolusi Mental berasal dari karakter khas bangsa Indonesia. Sama halnya dengan budaya hidup tertib. Mulai dari tertib menggunakan helm, menaati lampu lalu lintas, membawa surat lengkap, tidak menggunakan jalur yang tidak seharusnya, seperti busway adalah kebiasaan yang harus selalu ditanamkan. Tugas pemerintah untuk mengabarkan, tapi masyarakatlah yang bisa menyebarkan perubahan.

Di tengah keberagaman, Pemerintah juga terus mengajak untuk menghormati perbedaan. Tapi keinginan untuk bersatu harus berasal dari masyarakat. Bangsa ini dibangun turun menurun oleh pendiri bangsa bukan untuk dipecah belah. Tapi untuk terus dibina dan dirawat sebagai bangsa yang beragam.

Pemerintah tak hentinya mengajak masyarakat untuk tidak menyebarkan kebohongan, atau merusak hanya untuk kepentingan pribadi/golongan. Kemajuan itu adalah tanggung jawab bersama. Menahan jari untuk tidak ikut meneruskan informasi bohong sudah berarti banyak. Jangan habiskan energi untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, saatnya kita fokus bekerja dan berubah. (Adhi Teguh)

0 comments

    Leave a Reply