April 27, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Reklamasi dan Jalur Sutra China

IVOOX.id, Jakarta - Progam OBOR China memang bisa meninakbobokan banyak negara. Benarkah China akan menampilkan kekuatan ekonomi baru untuk pertumbuhan dunia?

Alhamdulillah, akhirnya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mencabut seluruh izin proyek reklamasi Teluk Jakarta. Dengan demikian, pembangunan 17 pulau buatan di utara Jakarta tersebut dihentikan secara total.

Pencabutan ini didasarkan pada rekomendasi Badan Koordinasi Pengelolaan Reklamasi Pantai Utara Jakarta. Badan yang dibentuk melalui Peraturan Gubernur Nomor 58 Tahun 2018 itu telah memverifikasi dokumen perizinan hingga kegiatan reklamasi di Teluk Jakarta.

Selama ini proyek reklamasi Teluk Jakarta menjadi kontroversi. Selain modalnya super besar, proyek pulau buatan selalu menuai protes kanan kiri. Tak hanya dinilai merusak lingkungan, proyek ini juga ditolak karena hanya untuk kepentingan segelintir orang. Bahkan, politikus senior PAN Amien Rais menilai, reklamasi Teluk Jakarta termasuk bagian dari proyek raksasa One Belt One Road (OBOR) yang dicanangkan China.

Pemerintah China memang akan menjadikan Indonesia sebagai titik awal bangkitnya Jalur Sutra abad 21 di Asia Tenggara melalui progam OBOR. OBOR mengintegrasikan 65 negara yang mencakup 4,4 miliar penduduk dan 40% Produk Domestik Bruto (PDB) dunia.

Jalur Sutra adalah jejak historis bangsa China sekitar 2 milenium lalu yang menghubungkan Barat, Timur dan China. Jalur Sutra didesain dengan sumbu utama, yakni Silk Road Economic Belt (Jalur Sutra Darat) serta 21st Century Maritime Silk Road (Jalur Sutra Laut).

Lewat progam OBOR, China ingin mengintegrasikan semua bangsa dari Asia Tengah ke Eropa dan Afrika dan dari Asia Tenggara ke Semenanjung Arab.

Selain Indonesia, China memilih Kazakhstan di Asia Tengah sebagai titik awal bangkitnya Jalur Sutra Abad 21. Pemilihan kedua negara ini tentu bukan saja berdasarkan pada letak geografis tapi lebih pada kekuatan dan potensi ekonomi kedua negara.

Kazakstan adalah negara bekas bagian Uni Soviet dengan ekonomi yang relatif stabil. Indonesia satu-satunya negara Asean yang menjadi anggota G-20.

Menurut Credit Suisse, Jalur Sutra akan membuat 62 negara meraih total investasi hingga US$500 miliar dalam lima tahun ke depan. Dari estimasi itu, sebagian besar investasi tersalur ke India, Pakistan, Indonesia, Filipina, Iran, Rusia, dan Mesir.

Sementara perusahaan China telah melaju beberapa langkah dalam sektor energi, seperti jaringan pipa migas antara China dan Rusia, serta Kazakhstan dan Myanmar. Proyek jalan dan infrastruktur juga tengah berlangsung di Ethiopia, Kenya, Laos dan Thailand.

Untuk mendukung proyek raksasa ini, China Development Bank telah menyiapkan hampir US$900 miliar untuk 900 proyek dan Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB), yang diluncurkan pada Januari 2016, juga menyiapkan modal dasar sebesar US$100 miliar.

Rencana ambius ini diumumkan Presiden China Xi Jinping sejak tahun 2013 lalu. Dalam berbagai kesempatan ia menaruh harapan besar agar Jalur Sutra ini bisa terwujud. Jinping mengatakan, melalui pembangunan jalur darat dan laut, China akan menampilkan kekuatan ekonomi baru untuk pertumbuhan dunia.

Benarkah? Inilah yang masih menjadi tanda tanya. Meskipun sejumlah negara menyambut kemurahan hati Beijing, secara bersamaan mereka mewaspadai hal itu. "Pengaruh China yang semakin kuat adalah kekhawatiran bagi negara-negara yang tidak selalu sesuai dengan kebijakan Beijing," kata Paul Haenle, Direktur Pusat Kebijakan Global Carnegie-Tsinghua.

0 comments

    Leave a Reply