April 25, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Regulasi Baru Minerba Untungkan Kinerja Keuangan Aneka Tambang

iVooxid, Jakarta – Harga saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) pada perdagangan Jumat (13/01/2017) sempat turun 13,56% menjadi Rp2.550 per saham. Itu karena investor asing melakukan aksi jual bersih (net selling) saham produsen nikel tersebut sebesar Rp53,38 miliar. Di saat yang sama, harga saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) naik 4,62% menjadi Rp905 per saham.

Para pelaku pasar pada umumnya mengungkapkan, penurunan harga INCO dan kenaikan harga ANTM tersebut karena kedua produsen nikel tersebut memberikan respon yang berbeda terhadap perubahan peraturan pemerintah mengenai pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara.

Pada Rabu (11/01/2017), Presiden Joko Widodo menandatangani Peraturan Pemerintah Nomor 1/2017 mengenai Perubahan Keempat atas Peraturan Pemerintah Nomor 23/2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Minerba).

Keesokan harinya, pada Kamis (12/01/2017), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menerbitkan Peraturan Menteri (Permen) ESDM 5/2017 dan ESDM 6/2017. Paling tidak, ada tiga hal penting dari kedua Permen tersebut yang mempengaruhi harga nikel dan bauksit di pasaran, khususnya Indonesia dan dunia pada umumnya, yakni :

1. Mineral logam yang boleh diekspor harus diolah dahulu serta memiliki kadar minimum tertentu. Kadar minimum nikel konsentrat yang boleh diekspor sebesar 1,7%. Sementara itu, bauksit yang boleh diekspor adalah yang berkadar Al2O3 lebih dari 42%.

2. Nikel konsentrat berkadar kurang dari 1,7% dan bauksit berkadar Al2O3 di bawah 42% harus diserap oleh fasilitas pemurnian (smelter) di dalam negeri. Volume mineral logam yang diserap tersebut sekurang-kurangnya 30% dari kapasitas pengolahan smelter.

3. Jika kebutuhan nikel dan bauksit berkadar rendah di dalam negeri telah terpenuhi dan masih ada yang belum terserap, maka sisa nikel dan bauksit berkadar rendah yang masih ada itu boleh diekspor.

Regulasi pemerintah tersebut mengizinkan produsen nikel Indonesia untuk kembali mengekspor nikel ke pasar global. Akibatnya, pasokan nikel di pasar global diperkirakan bakal melimpah sehingga berpotensi menurunkan harga nikel. Apalagi kondisi itu didukung oleh peningkatan volume penambangan dan pengolahan nikel di Indonesia.

Penurunan harga nikel ini tampaknya akan berdampak buruk terhadap kinerja keuangan INCO. Pasalnya, pendapatan INCO secara keseluruhan berasal dari penjualan nikel. Selain itu, nikel INCO hanya dibeli oleh dua perusahaan, yaitu Vale Canada Limited dan Sumitomo Metal Mining. Vale Canada Limited adalah induk perusahaan INCO. Perusahaan itu biasanya memborong 80% dari volume penjualan nikel INCO. Adapun Sumitomo yang menampung sisanya. Regulasi baru tersebut mendorong sejumlah sekuritas asing merekomendasikan “JUAL” terhadap saham INCO.

Sementara itu, regulasi baru pemerintah tersebut membuat Antam dan beberapa emiten tambang lainnya memperoleh sentimen positif. Disamping itu, Antam yang kini masih membangun smelter tidak bisa mengekspor nikelnya. Tetapi dengan adanya regulasi baru tersebut, maka Antam sekarang berkesempatan untuk melakukan ekspor.

Perusahaan tambang berstatus BUMN Ini juga semakin berkesempatan untuk meningkatkan produksi bauksit mentah. Pasalnya, jika penjualannya di pasar domestik masih tersisa, maka Antam boleh mengekspor sisa bauksit mentah tersebut sesuai dengan aturan di dalam regulasi baru tersebut.

Menurut laporan per September 2016, sekitar 68% dari penjualan konsolidasi Antam berasal dari penjualan emas. Sementara itu, penjualan nikel dan bauksit hanya kurang dari 5%. Tetapi dengan adanya regulasi baru tersebut, maka penjualan nikel dan feronikel diperkirakan bakal dapat kembali mendominasi pendapatan Antam seperti beberapa tahun sebelumnya.[abr]

0 comments

    Leave a Reply