April 17, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Pengendalian Inflasi di Mata Ekonom Unhas, Siapa Patut Diapresiasi?

IVOOX.id, Jakarta – Perkembangan inflasi secara nasional dalam empat tahun terakhir menunjukkan kecenderungan yang semakin menurun. Pada 2013 inflasi masih sangat tinggi mencapai 8,38% dan 8,36% pada 2014.

Penurunan inflasi sangat signifikan terjadi mulai 2015, yaitu menjadi hanya sekitar 3,35%, kemudian turun lagi menjadi 3,02% pada 2016, 3,61% pada 2017 dan jadi sekitar 3,23% pada Nopember 2018.

Perkembangan inflasi yang semakin rendah salah satunya disebabkan oleh keberhasilan pemerintah mengendalikan harga-harga kebutuhan pokok, khususnya harga bahan makanan yang selama ini menjadi penyumbang inflasi terbesar.

Ekonom Universitas Hasanuddin (Unhas) Muhammad Syarkawi Rauf mengatakan bahwa penurunan inflasi yang sangat drastis disebabkan oleh ketersediaan bahan-bahan kebutuhan pokok, khususnya beras, bawang putih, minyak goreng, terigu, gula pasir putih, cabai, bawang merah dan kebutuhan pokok lainnya dalam jumlah serta waktu yang tepat, khususnya pada saat momen hari-hari besar keagamaan.

“Hal ini dapat dilihat pada data BPS yang menunjukkan bahwa inflasi bahan makanan pada 2014 masih sekitar 10,57%, turun menjadi 4,93% tahun 2015, 5,69% tahun 2016, 1,26% tahun 2017, dan diperkirakan hanya sekitar 1,69% tahun 2018,” ujar mantan Ketua KPPU periode 2015-2018 itu saat memberikan kuliah umum di STIE AMKOP Makassar, Sabtu (15/12/2018), seperti dikutip dari siaran pers.

Menurut Syarkawi Rauf, andil bahan makanan terhadap pembentukan inflasi juga mengalami penurunan dari 2,06% pada 2014 menjadi 0,98% pada 2015, menjadi 1,21% pada 2016, 0,25% pada 2017, dan diperkirakan hanya 0,34% pada 2018.

Inflasi yang semakin rendah berdampak pada daya beli masyarakat yang semakin baik. Artinya, lanjut Syarkawi, dengan peningkatan pendapatan yang lebih tinggi dari inflasi (secara tahunan terjadi penyesuaian upah), masyarakat bisa membeli kebutuhan pokok dalam jumlah yang lebih banyak. Hal ini juga berdampak terhadap penurunan jumlah penduduk miskin.

“Inflasi rendah memberi kesempatan kepada masyarakat berpendapatan tetap untuk menabung sehingga tersedia cukup dana pihak ketiga di perbankan untuk membiayai investasi,” tagas ekonom Unhas itu.

Sejalan dengan data-data itu, menurutnya kita patut memberikan apresiasi kepada pemerintah, khususnya Kementerian Pertanian yang mampu menjaga produksi bahan-bahan kebutuhan pokok dalam jumlah yang cukup selama 4 tahun terakhir.

“Tanpa kerja keras kementan dan lembaga terkait lainnya, khususnya Tim Satgas Pangan POLRI yang mengawasi distribusi bahan pangan, hal ini sulit dicapai.”

Ia berharap pemerintah dapat mempertahankan prestasi ini pada 2019 sehingga target inflasi 3,5% plus minus 1% dapat tercapai di tengah ketidakpastian. (Adhi Teguh)

0 comments

    Leave a Reply