October 5, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Peneliti Klaim Nyamuk ber-Wolbachia Aman, Pemerintah akan Terapkan di 6 Kota

IVOOX.id - Peneliti Utama World Mosquito Program (WMP) Adi Utarini menyatakan, teknologi Wolbachia yang diterapkan pada nyamuk terbukti aman untuk manusia, hewan dan lingkungan. Sehingga bisa menjadi salah satu upaya mencegah DBD. Pemerintah mengemukakan program nyamuk ber-wolbachia yang digunakan untuk mengatasi demam berdarah dengue kini diimplementasikan di enam kota.

Wolbachia adalah bakteri alami pada 60 persen serangga, dan dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti, dapat menurunkan replikasi virus dengue, sehingga dapat mengurangi kemampuan nyamuk itu dalam menularkan demam berdarah.

"Ini sudah terbukti aman, masyarakat Yogyakarta adalah contohnya. Kami sudah 10 tahun hidup berdampingan dan alhamdulillah sampai saat ini kasus dbd menurun," Adi Utarini saat pertemuan Implementasi Teknologi Wolbachia di Balai Kota Bandung, Senin (18/3/2024).

Ia mengungkapkan, penelitian nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia sudah mendapatkan pengakuan dan dukungan dari WHO serta Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI).

"Mudah-mudahan kita bisa berfokus pada pencegahan risiko," ucapnya dikutip dari jabarprov.go.id

Diketahui pada Oktober 2023, tercatat di Kelurahan Pasanggrahan, Kecamatan Ujungberung, ada 28 warga yang terkena DBD. Kecamatan Ujungberung memang menjadi salah satu daerah yang masuk 10 besar kasus DBD tertinggi. Maka dari itu, wilayah ini menjadi titik penyebaran Wolbachia pertama di Kota Bandung.

Sementara itu pemerintah, melalui Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Imran Pambudi mengatakan bahwa program nyamuk ber-wolbachia yang digunakan untuk mengatasi demam berdarah dengue kini diimplementasikan di enam kota.

"Jadi ada lima kota yang sudah jalan dan satu lagi Denpasar," ujar Imran dalam gelar wicara #Ayo3mplusvaksinDBD di Jakarta, Kamis (21/3/2024).

Selain Denpasar, kota- kota tersebut adalah Semarang, Bandung, Jakarta Barat, Bontang, dan Kupang.

Imran menjelaskan bahwa penelitian tentang wolbachia telah dilakukan berbagai negara oleh berbagai ahli, dan berbagai diskusi ilmiah menjelaskan bahwa penggunaan bakteri tersebut aman.

Menurutnya, partisipasi dan dukungan masyarakat mengenai wolbachia masih rendah karena minimnya informasi serta banyaknya hoaks yang beredar.

Dia menilai selain inovasi berupa nyamuk ber-wolbachia, perlu inovasi yang lain guna menanggulangi penyakit itu, contohnya vaksin untuk dengue.

Sejauh ini, kata Imran, terdapat dua vaksin, yaitu Dengvaxia yang diberikan pada anak berusia 9-16 tahun, namun perlu skrining awal status serologi terlebih dahulu.

"Sedangkan yang vaksin Qdenga itu rentangnya bisa lebih lebar, usianya sampai 45 tahun, diberikan dosisnya dua kali dan tanpa skrining awal," katanya dikutip dari Antara.

Imran menyebutkan bahwa vaksin dengue tersebut telah masuk program daerah meski secara terbatas, contohnya Kalimantan Timur pada tahun lalu. Vaksin tersebut.

"Jadi untuk anak-anak usia sekolah, usia ini kelas 3, 4, dan 6 itu di kota Balikpapan," katanya.

Dalam kesempatan itu dia menggarisbawahi bahwa demam berdarah dengue masih menjadi masalah kesehatan, dan masih menjadi beban yang cukup tinggi dan sering menimbulkan kejadian luar biasa serta kematian, baik di dunia maupun di Indonesia.

Dia mengutip WHO, yang menyebutkan bahwa 3,9 miliar orang dari 128 negara berisiko terkena DBD. Adapun lebih 100 dari negara tersebut adalah negara endemis, dan mayoritas berada di Afrika, Asia dan Amerika Latin.

0 comments

    Leave a Reply