March 28, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Pembersihan Etnis di Myanmar Investasi China Terancam

IVOOX.id, Jakarta - Sebagai negara ekonomi terbesar kedua di dunia, China kali ini mengangkat tangan untuk membantu menghentikan pembersihan etnis yang sedang berlangsung di Myanmar.

Setelah bangkitnya kebrutalan terhadap Muslim di Rohingya, China mengusulkan beberapa rencana yang terdiri dari tiga poin untuk menyelesaikan sebuah krisis yang mengancam untuk mengembalikan sanksi Amerika Serikat kepada kediktatoran militer sebelumnya.

Dalam hal ini, China memiliki mata-mata untuk memastikan stabilitas dalam investasi yang cukup besar di wilayah ini, adapun tiga poin yang diajukan adalah inginnya terjadi gencatan senjata kepada pihak minoritas tersebut, repatriasi pengungsi dari negara Bangladesh dan pembicaraan untuk solusi jangka panjang dalam memperbaiki kemakmuran ekonomi di negara bagian Burma, Rakhine, dimana sebagian besar berbasis di Rohingya. Sebagai salah satu provinsi termiskin di Myanmar, Rakhine juga merupakan lokasi zona ekonomi khusus yang saat ini dibangun oleh sebuah konsorsium yang dipimpin China.

Berbasis di Kyaukpyu, salah satu kota utama Rakhine, zona tersebut mencakup pelabuhan laut dalam sebesar $7,3 miliar, jaringan pipa minyak dan gas yang akan berpotensi dari pantai Rakhine ke provinsi Yunnan di China dan sebuah kawasan industri yang juga bernilai $2,3 miliar.

Bukanlah hal yang aneh bagi Beijing untuk ikut campur tangan dalam urusan domestik Burma-China, sebelumnya juga sudah pernah memainkan peran dalam hal menengahi di negara bagian Kachin dan Shan di Myanmar, daerah-daerah tersebut juga pernha dilanda oleh perselisihan etnis namun inisiatif diplomatik raksasa Asia tersebut memiliki agenda bisnis yang sudah cukup jelas.

"Sangat adil untuk mengatakan bahwa kepentingan komersial sedang dimainkan, China memiliki investasi yang signifikan di negara bagian Rakhine," kata analis Nick Marro, di The Economist Intelligence Unit.

Di masa lalu, pemerintahan Presiden China Xi Jinping sebagian besar telah mengeksekusi upaya penjaga perdamaian di wilayah yang mempengaruhi kepentingan nasionalnya, namun negara tersebut telah menunjukkan kemauan untuk terlibat di tempat lain, kata Marro "Baru-baru ini, Beijing menawarkan untuk menengahi antara Israel dan Palestina, dan juga di Suriah, dimana ia memiliki kepentingan komersial yang lebih sedikit, jika ada."

Meski begitu, tidak mungkin China akan menjadi pembawa perdamaian internasional karena alasan altruistik semata, tambahnya.[dra]

0 comments

    Leave a Reply