May 7, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Pemberian Obat Inovatif Tingkatkan Efektivitas Imunoterapi Kanker

IVOOX.id, Jakarta - Para peneliti di Institute for Molecular Engineering di University of Chicago mengembangkan cara baru untuk menargetkan imunoterapi dan mengantarkan langsung ke tumor. Hal itu membantu mengurangi efek samping dan membuat terapi lebih efektif dalam mengobati kanker.

Peneliti lain mengembangkan sistem yang menargetkan protein tumor tertentu atau DNA tumor, para peneliti University of Chicago mengambil pendekatan unik yakni menargetkan kolagen.

Untuk mengantarkan obat ke tumor, para peneliti mengikat dua terapi, satu disebut checkpoint inhibitor (CPI) dan interleukin (IL) -2, ke protein darah yang bersirkulasi dan berikatan dengan kolagen di area cedera vaskular, menyebabkan darah mengental dan menutup luka. Karena tumor diisi dengan pembuluh darah yang bocor, protein akan melihat pembuluh tersebut sebagai cedera pembuluh darah dan mengikatnya, memberikan terapi langsung ke kolagen tumor.

Dilansir dari laman xinhua, terapi IV yang diberikan juga memiliki keuntungan menemukan dan mengobati tumor metastasis di seluruh tubuh yang mungkin tidak diketahui oleh pasien.

Sebagai hasil awal, para peneliti menemukan bahwa kombinasi CPI dan IL-2 yang diberikan melalui teknik mereka membasmi tumor payudara pada 9 dari 13 model hewan. Sebaliknya, ketika para peneliti memberikan obat-obatan tanpa protein yang mencari kolagen, hanya satu tumor payudara yang dimusnahkan.

Teknik ini juga memperlambat pertumbuhan melanoma dan tumor usus besar serta mengurangi toksisitas hati dan paru dari obat-obatan, yang akan menghasilkan lebih sedikit efek samping bagi pasien.

Pada langkah selanjutnya, para peneliti akan bekerja meningkatkan kemanjuran bahkan lebih dengan mengeksplorasi teknik dengan molekul lain, termasuk molekul yang dikembangkan untuk terapi kanker tetapi dianggap terlalu beracun untuk pasien. Tujuan utamanya adalah untuk mulai menguji terapi kombinasi ini dalam ujiklinis, idealnya dalam waktu tiga tahun.

"Terapi ini bisa relevan dengan banyak tumor padat. Kami ingin memajukan ini ke uji klinis dan mungkin membantu pasien yang belum menanggapi terapi ini sebelumnya," kata Jeffrey Hubbell, seorang profesor di bidang teknik jaringan yang ikut menulis penelitian ini. Studi ini dipublikasikan awal bulan ini dalam jurnal Science Translational Medicine.

0 comments

    Leave a Reply