April 25, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Pelemahan Rupiah Bakal Dongrak Yield Surat Utang Negara Hari Ini

IVOOX.id, Jakarta - Mirae Asset Sekuritas memperkirakan pada perdagangan hari ini, Senin (13/8/2018) nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berpotensi melemah sehingga mendorong kenaikan yield surat utang negara atau SUN.

Dhian Karyantono, analis Fixed Income Mirae Asset Sekuritas, mengatakan bahwa sejumlah sentimen negatif yang berpotensi menekan rupiah hari ini yakni melebarnya defisit neraca transaksi berjalan Indonesia dan meningkatnya ketidakpastian sebagai akibat dari ketegangan geopolitik serta perang dagang.

"Dengan demikian, depresiasi rupiah tersebut berpotensi mendorong kenaikan yield SUN (harga SUN menurun) selain juga didorong oleh sentimen jelang lelang SUN esok hari," katanya dalam riset harian, Senin (13/8).

Berikut ini proyeksi rentang pergerakan harga dan imbal hasil (yield) SUN sepanjang

perdagangan hari ini [harga(yield)] :

FR0063 (15 Mei 2023): 91,90 (7,69%) - 92,40 (7,55%)

FR0064 (15 Mei 2028): 89,00 (7,75%) - 89,40 (7,69%)

FR0065 (15 Mei 2033): 87,20 (8,13%) - 87,60 (8,08%)

FR0075 (15 Mei 2038): 93,45 (8,17%) - 93,80 (8,13%).

Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berpotensi melemah (depresiasi) pada rentang Rp14.471 – Rp14.520.

Pada perdagangan Jumat pekan lalu, harga SUN secara umum menurun didorong oleh sentimen meningkatnya ketegangan antara Rusia dan AS.

Dhian mengatakan, harga SUN di pasar sekunder secara umum mengakhiri tren kenaikan harga selama 4 hari berturut-turut di mana rata-rata penurunan harga SUN pada kategori tenor pendek adalah sebesar 5,53 bps, sedangkan untuk kategori tenor menengah dan panjang masing-masing mengalami rata-rata penurunan harga sebesar 48,62 bps dan 62,62 bps.

Seiring dengan pergerakannya yang berlawanan arah dengan harga, yield SUN secara umum meningkat khususnya benchmark 10 tahun yang ditutup meningkat ke level 7,63%.

Turunnya harga (naiknya yield) SUN utamanya didorong oleh depresiasi rupiah yang disebabkan oleh sentimen negatif global setelah AS memberikan sanksi ekonomi terhadap Rusia sebagai respon terhadap dugaan penggunaan senjata kimia oleh Rusia.

Rupiah pada perdagangan terakhir, berdasarkan Bloomberg spot, melemah signifikan sebesar 0,45% ke level Rp14.475.

Turunnya harga SUN pada akhir minggu lalu juga diikuti oleh turunnya nominal dan frekuensi transaksi obligasi pemerintah di pasar sekunder.

Sementara itu, pasca-penutupan pasar domestik, rilis data transaksi berjalan Indonesia per kuartal II-2018 mencatatkan defisit sebesar 3% PDB yang merupakan level tertinggi sejak kuartal I-2015.

Di pasar global, tensi geopolitik terus meningkat pada akhir pekan lalu. Performa aset safe haven pada perdagangan global akhir pekan lalu, khususnya US Treasury dan dolar AS, meningkat yang dipicu oleh rencana Trump untuk menaikkan tarif impor baja dan alumunium dari Turki masing-masing sebesar 20% dan 50%.

Rencana tarif impor tersebut sebagai respon terhadap ajakan Presiden Turki kepada warganya untuk menukaran mata uang dolar AS ke Lira dan penolakan Pemerintah Turki untuk membebaskan beberapa warga negara AS.

Meningkatnya ketidakpastian di pasar global sebagai akibat dari isu geopolitik dan perang dagang pada akhirnya mendorong yield US Treasury khususnya tenor 10 tahun turun signifikan ke level 2,87% dan indeks dolar AS mencapai level tertingginya sejak akhir Juni 2017 ke level 96,36 poin.

Kenaikan signifikan dolar AS juga dipicu oleh rilis data inflasi AS, khususnya inflasi inti, yang tercatat sebesar 2,40% (YoY) pada Juli 2018 atau sedikit di atas ekspektasi pasar sebesar 2,30% (YoY).

0 comments

    Leave a Reply