November 5, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Pak Dewa Selamatkan Jiwa Satu Desa di NTT Dapat Anugerah BMKG

IVOOX.id, Kupang - Pada peringatan Hari Ulang Tahun Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (HMKG) ke-74, dan Rakornas BMKG, BMKG semakin meningkatkan layanan keandalan dalam menyampaikan informasi sistem peringatan dini gempa bumi dan tsunami. 

Selain itu, dalam hal teknologi BMKG telah meningkatkan keandalan teknologinya bagi keselamatan bangsa dan berbagai kemungkinan masyarakat menghadapi cuaca-cuaca buruk. Dalam implemantasinya perlu dibutuhkan sinergi berbagai sektor agar informasi kebencanaan dan prediksi cuaca tepat dan cepat tersebar di masyarakat dengan pemahaman yang mudah dimengerti.

Untuk mengangkat capaian tersebut, BMKG memberikan apresiasi berupa Anugerah BMKG 2021 bagi sosok yang mampu menerapkan fungsi BMKG dalam kehidupan nyata pada umumnya, khususnya prakiraan cuaca dan peringatan dini tsunami serta data gempa.

Pelaksanaan Tahun pertama Anugerah BMKG 2021 dilakukan dengan nominasi dan penjurian. Anugerah BMKG 2021 yang pertama kali dilaksanakan hanya memberi apresiasi untuk satu kategori dan satu pemenang. Kategori Tokoh Inspiratif dianggap dapat menjadi awal satu kategori di tahun pertama Anugerah BMKG ini. Karena tokoh inspiratif dianggap dapat memberi contoh, teladan dan inspirasi bagi BMKG, stakeholder, maupun masyarakat luas.

Ada beberapa kriteria pemenang yang di rumuskan untuk Tokoh Inspiratif Anugerah BMKG 2021. Kriteria tersebut antara lain adalah tokoh yang melakukan aksi nyata yang bermanfaat, berdampak signifikan dan memberi contoh teladan yang positif untuk masyarakat terkait tupoksi BMKG.

Anugerah BMKG 2021 akan memberikan apresiasi berupa piala dan sertifikat yang ditandatangani Kepala BMKG. Selain itu diberikan hadiah berupa Hand Phone dan Dana Apresiasi.

BMKG menilai, Anugerah BMKG 2021 pantas disematkan kepada Muhammad Mansur Dokeng sebagai sosok yang inspiratif bersama BMKG menyelamatkan bangsa.

Muhammad Mansur Dokeng atau akrab disapa Dewa adalah sosok nelayan yang tinggal di desa Kampung Nelayan Oesapa, Kota Kupang, NTT. Dewa mampu menyelamatkan ratusan warga di lingkungannya, karena mampu membaca pesan berantai dalam grup Whatsapp, yang isinya adalah grafis dan data mengenai perkembangan cuaca di Kupang yang secara drastis menjadi cuaca ekstrem hingga membentuk Siklon Seroja.

Badai yang dikenal dengan Siklon Tropis Seroja pada awal April 2021 mengamuk, menerjang apapun yang dilalui, membawa angin dan banjir. Sebanyak 11 wilayah yang terdiri dari kabupaten dan kota di Nusa Tenggara Timur (NTT) terdampak banjir bandang dan longsor akibat cuaca ekstrem imbas dari bibit siklon dan Siklon Tropis Seroja.

Ada delapan daerah di Provinsi NTT dengan kondisi kerusakan terparah, termasuk antara lain Kabupaten Flores Timur, Kabupaten Lembata, Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Kabupaten Alor, Kabupaten Malaka, dan Kabupaten Sabu Raijua.

Atas pemahaman Dewa dalam mengintepretasikan pesan prakiraan cuaca dari BMKG dalam grup aplikasi seluler, Dewa meminta dan meneruskan informasi tersebut kepada seluruh masyarakat untuk segera mengungsi dan menyelamatkan diri, karena badai besar akan datang.

Atas arahan dan informasi Dewa berdasarkan info dan data BMKG warga desanya segera berlindung dan sebanyak 120 keluarga selamat melalui badai tersebut, meski dalam peristiwa tersebut empat orang dinyatakan meninggal sebab masih berada di tengah laut dan tidak mendapatkan pesan dari Dewa.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menilai Anugerah BMKG 2021 Kategori Tokoh Inspiratif pantas diberikan kepada Muhammad Mansur Dongkeng (Pak Dewa). Penghargaan ini diberikan kepadanya berkat aksi nyata Dewa dalam menyelamatkan jiwa sekitar 120 keluarga warga desa Oesapa NTT.

“Berbekal informasi dari BMKG, beliau memimpin evakuasi warga desa dari ancaman Siklon Tropis Seroja. Keteladanan pak Dewa dalam hal sadar bencana terbukti bermanfaat. Kemampuan membaca data didapat pak Dewa dari Sekolah Lapang Cuaca Nelayan BMKG. Kisah dari pak Dewa dan Anugerah BMKG ini diharapkan menjadi inspirasi, motivasi bagi kita agar sadar bencana untuk menuju Indonesia tangguh dan tumbuh,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.

BMKG memiliki program agen perubahan iklim melalui berbagai bentuk informatif yang dikemas dalam pelatihan sekolah-sekolah dari komunitas. Sekolah Lapang BMKG ini terdiri dari Sekolah Lapang Cuaca Nelayan, Sekolah Lapang Geofisika, dan Sekolah Lapang Iklim.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebutkan tujuan diadakannya sekolah lapang BMKG ini adalah mewujudkan ketahanan masyarakat petani, nelayan, serta komunitas penggiat dan pemangku kepentingan, terhadap bahaya yang diakibatkan oleh kondisi cuaca, iklim, gempabumi dan tsunami, khususnya dalam kondisi pandemi seperti sekarang ini.

Melonjaknya kejadian-kejadian cuaca dan iklim ekstrem serta kejadian gempabumi beberapa tahun terakhir, lanjut Dwikorita, dapat mengancam keberlangsungan kegiatan pertanian, pelayaran, dan bahkan keselamatan bagi masyarakat, sehingga tidak bisa diabaikan.

BMKG juga memerlukan mediator untuk menyampaikan informasi cuaca, iklim, gempabumi dan tsunami untuk bisa diterima di kalangan petani, nelayan, dan penggiat penanggulangan bencana. Informasi tersebut diolah dari data hasil observasi melalui ribuan sensor yg terpasang di seluruh Provinsi hingga Kecamatan di Indonesia, yang terkoneksi dengan Internet of Things (IoT) serta dengan 41 Radar Cuaca dan Satelit Himawari, di mana kemudian data tersebut secara otomatis dan super cepat diproses oleh Artificial Intelligent (AI) melalui perhitungan matematis-fisis dan pemodelan numeris dengan menggunakan super komputer, untuk mendapatkan berbagai jenis informasi dalam bentuk infografis ataupun peta digital, agar dapat tersebar luas secara cepat, tepat dan akurat, sehingga dapat dimanfaatkan dan diterapkan untuk perencanaan dan tata ruang kota/wilayah yang berbasis mitigasi bencana dan perubahan iklim.

Selain itu, mediator atau agen perubahan informasi BMKG juga mampu menyampaikan prediksi dan peringatan dini bencana hidrometeorologi, geofisika dan potensi karhutla, untuk mendukung ketahanan pangan, energi dan sumber daya air, serta untuk kepentingan berbagai sektor seperti sektor transportasi, infrastruktur, kesehatan, pariwisata, industri, dan sebagainya.

Khusus untuk sektor pertanian dan perikanan, agar informasi BMKG tersebut dapat langsung diakses dan mudah dipahami oleh para petani, nelayan dan masyarakat secara umum, diperlukan sosialisasi dan diseminasi melalui mediator yang dilatih dalam Sekolah Lapang BMKG ini.

Pak Dewa adalah alumni sekolah lapang BMKG untuk Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN), berkat pelatihan tersebut, Pak Dewa adalah simbol keberhasilan dari apa yang diharapkan melalui pendidikan pembacaan grafis dan pemanfataan data yang disajikan oleh BMKG dalam melihat kondisi cuaca.

Cerita Dewa Menghindari Badai Siklon Seroja

“Saya tidak sempat selamatkan semua rekan, di antaranya harus meninggal di tengah laut karena tidak mendapatkan informasinya lebih dini,” kata Mohammad Mansyur yang akrab disapa Dewa.

Meski kehilangan beberapa rekannya di laut, Dewa yang juga menjabat sebagai Ketua Komunitas Angsa Laut, telah menyelamatkan ratusan warga, berkat peringatan dini melalui pesan seluler yang ia sebarkan kepada seluruh warga, bahwa cuaca buruk akan segera datang di wilayah pesisir pantai tersebut.

Kisah bermula pada hari Rabu pagi, sekitar pukul 8 pagi ia memulai hari seperti biasa, dengan melaut dan membersihkan jala dan kapalnya. Namun, pada pukul 8 pagi itu ia mendapati pesan di telpon genggamnya bahwa ada peringatan dini mengenai cuaca yang kurang bagus.

Dewa sempat melihat grafik dan data dari BMKG secara seksama, tetapi setelah dibaca ia memahami bahwa hal tersebut cuaca buruk seperti biasanya nampak tidak membahayakan.

Esok paginya, pesan yang sama ia dapati, dalam sebuah percakapan dalam grup aplikasi pesan, yang berisi alumni Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN), ia selalu mengamati up date informasi cuaca sebelum melaut, pesan selalu up date dari BMKG, sebagai tanda dan peringatan.

Hari kedua ia menerima pesan, masih mengenai peringatan cuaca buruk, kali ini perhatiannya agak tersita, sebab warna dari grafik yang ia pahami menunjukkan kekuatan angin yang berlipat dari pesan sebelumnya. Mulailah Dewa memperingatkan rekannya bahwa ada informasi cuaca buruk.

Karena Dewa dikenal sebagai sosok alumnus SLCN di kampungnya, rekannya selalu percaya info cuaca yang diberikan. Tetapi hal tersebut masih berupa peringatan karena ia tidak memperkirakan bahwa cuaca akan berubah semakin buruk lebih jauh lagi. Angin pun ia rasakan ada peningkatan kekuatan.

Malamnya, usai melihat pesan terakhir dari Info BMKG, percikan air laut yang ia dengar tak seramah biasanya, gelombang air laut pun tak seriang seperti sebelumnya. Pikiran Dewa pun kalut, membawa berbagai ketakutan menghadapi laut, di mana kerap ia takhlukkan gelombangnya. Untuk pertama kali, ia ragu berada di atas kapalnya sendiri, meski situasinya sudah terlambat untuk kembali injak bumi.

Sembilan kapal telah berangkat dari pesisir pantai, membawa harapan penuh terisi ikan. Di tengah laut, Dewa kerap memimpin rekannya, dan tetap harus tenang meski perasaan kalut, ia rasakan. Jala pun siap ditebar mengisi riak-riak gelombang. Firasatnya makin kuat, jala yang terbiasa terlempar lurus dan kencang, kali ini menjadi perkara yang tak mudah dilakukan. “Biasanya itu, jala sudah lurus dan terpasang kencang, tapi malam itu tidak, bahkan harus dicoba beberapa kali,” tegasnya.

Hingga percobaan lebih dari dua kali, hentakan kuat dirasa, jelas sudah itu bukan tarikan ikan yang kuat menurutnya, sebab getarannya mampu dirasakan siapapun yang berada di badan kapal pada saat itu. Jala tersangkut, dengan cepat Dewa dan rekan melepaskan ikatan yang ada dan menarik jala yang ada di dalam air. Terperanjat semua nelayan mendapati jala yang ditarik. Tak satupun ikan terjerat, melainkan jala tersebut saling menggulung hingga membentuk bola besar antara satu lainnya, seperti ada kekuatan besar yang melilit jala hingga berbentuk seperti bola.

Pandangan semua beralih menuju dasar laut, mencari apa penyebab kemungkinan yang terjadi, arus kuat bawah laut yang menyebabkan hal tersebut terjadi, bagai dasar laut tengah diaduk oleh sesuatu dan menjadi pusaran kuat. Tepat tengah malam, nelayan memutuskan untuk segera kembali ke darat. Pukul 01.00 WITA sembilan kapal berhasil bersandar ke pesisir.

Angin semakin kencang, meskipun pagi itu laut sangat bergelombang, ia semakin penasaran dengan info apa yang ia dapatkan megenai prakiraan cuaca. Hari Jumat pagi, sekitar pukul 06.00 WITA pesan datang lebih awal, benar saja ia memahami bahwa cuaca memburuk, setelah itu selang dua jam, selalu ada pesan baru dari info BMKG.

Ia pun mulai mengabari rekannya untuk sebisa mungkin menepi, mengingat gelombang laut makin tinggi. Usai shalat Jumat, hal terburuk yang ia pikirkan terjadi, prakiraan cuaca BMKG dari grup Whatsapp kali ini tidak main-main, sebab grafik dan warna yang ditunjukkan adalah tanda badai terkuat yang selama ini ia temui.

Benar saja, angin dan hujan turun semakin kuat, informasi pesan info BMKG yang ia terima segera ia teruskan kepada rekan dan warga desa lainnya. Dewa segera menuju ke desa dan memperingatkan seluruh warga dan perangkat desa. Disaat bersamaan hempasan angin tiba-tiba menguat bahkan sempat menghempas Dewa ke pasir pantai.

Ia mendengar jeritan dari istrinya, segera ia mengajak istri dan keluarganya keluar dari rumah menuju tempat yang lebih aman. Ia peringatkan teman nelayan lain, untuk segera meninggalkan rumah dan kapal-kapalnya. Meski hanya sembilan kapal sempat diselamatkan oleh warga desa, sisanya ditinggalkan begitu saja. Dewa, segera menuju ke perangkat desa dan menentukan tempat yang aman untuk berlindung. Madrasah desa mereka pilih sebab memiliki tembok ganda kokoh yang dipercaya lebih aman dalam menghadapi Siklon Tropis Seroja.

Dewa memimpin evakuasi desanya menuju madrasah, sembari ia membagikan peringatakan info BMKG kepada rekan-rekan lainnya melalui telepon genggam. Diikuti info tambahan dari Dewa, ia memperingatkan rekan lainnya untuk segera menuju ke lokasi pengungsian, yaitu madrasah desa untuk berlindung dari badai besar. Untung saja, selama ini masyarakat mempercayai Dewa sebagai pribadi yang mampu membaca ramalan cuaca dari BMKG, sehingga tidak perlu berdebat lagi seluruh warga meninggalkan kapal dan rumahnya untuk segera menuju ke lokasi pengungsian.

Badai yang dikenal dengan Siklon Tropis Seroja semakin mengamuk, menerjang apapun yang dilalui, membawa angin dan banjir. Sebanyak 11 wilayah yang terdiri dari kabupaten dan kota di Nusa Tenggara Timur (NTT) terdampak banjir bandang dan longsor akibat cuaca ekstrem imbas dari bibit siklon dan siklon tropis Seroja.

Ada delapan daerah di provinsi NTT dengan kondisi kerusakan terparah, termasuk antara lain Kabupaten Flores Timur, Kabupaten Lembata, Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Kabupaten Alor, Kabupaten Malaka, dan Kabupaten Sabu Raijua.

0 comments

    Leave a Reply