May 1, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Organisasi Pekerja Menguat di Elit, Keropos di Bawah

IVOOX.id, Karawang - Organisasi pekerja ditengarai mengalami penguatan di atas namun keropos di tingkat bawah, terlihat dari jumlah federasi dan konfederasi pekerja yang meningkat namun jumlah pekerja yang berserikat justru menurun.

Hal tersebut diungkapkan Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri di forum Rakornas Konfederasi Serikat Nusantara di Karawang, Sabtu (21/4). "Ini cukup aneh. Di awal era reformasi ada 9 juta pekerja yang berserikat, tapi sekarang tersisa 2,7 juta pekerja yang berserikat. Yang menarik struktur organisasi buruh di Indonesia tumbuh kuat ke atas. Tapi, basisnya keropos," papar Hanif.

Secara rinci, Hanif mengungkapkan saat ini jumlah konfederasi ada 14 dari sebelumnya tiga dan federasi ada 120 dari sebelumnya 91. Selain itu jumlah Pimpinan Unit Kerja (PUK) juga menurun di mana tujuh tahun lalu ada sekitar 14 ribu PUK sekarang hanya tersisa 7 ribu PUK.

"Padahal perusahaan yang terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan jumlahnya sekitar 400 ribuan, idealnya harus ada 400 ribuan PUK. "Dari data ini saya ingin mengatakan SP/SB kita basisnya keropos. SP/SB kita kekuatan politiknya lemah karena keanggotaannya merosot, karena PUK nya merosot. Tapi struktur elitnya bertambah. Jadi bisa disimpulkan pergerakan itu terjadi di lapisan elit," kata Hanif, seperti diberitakan Antara.

Hal ini menyebabkan jumlah federasi dan konfederasi menjadi semakin banyak.

Hanif menilai tolak ukur berhasil atau tidaknya pergerakan buruh ada dua, yakni dilihat dari jumlah perusahaan yang memiliki serikat pekerja dan jumlah buruh yang masuk dalam serikat pekerja.

Jumlah buruh yang masuk ke serikat pekerja, harusnya semakin bertambah. Tapi, faktanya di Indonesia malah berkurang.

"Fenomena ini perlu dipertanyakan. Apakah SP/SB sudah dapat memenuhi harapan anggotanya atau hanya dijadikan alat politik bagi elitnya. Saya ingin ini menjadi evaluasi dan refleksi bagi teman teman di KSN. Apa yang kurang dari gerakan buruh," kata Hanif.

Hanif menegaskan, hal ini menjadi pekerjaan rumah yang berat bagi SP/SB seluruh Indonesia termasuk bagi KSN.

Peran organisasi pekerja/buruh diharapkan tidak melemah karena berbagai kepentingan yang tidak berhubungan langsung dengan kebutuhan anggota.

"Dibutuhkan pemikiran-pemikiran yang konkrit dari SP/SB untuk mengatasi persoalan menurunnya jumlah pekerja yang berserikat," ujar Hanif.

0 comments

    Leave a Reply