April 25, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Menpora Memperingati Sumpah Pemuda Ke-89 di Dalam dan Luar Negeri

ivooxid, Jakarta – Setiap tanggal 28 Oktober, bangsa Indonesia selalu memperingatinya sebagai Hari Sumpah Pemuda yang terjadi pada tahun 1928.

Namun ada yang berbeda dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-89 tahun ini yang dilakukan oleh Kemenpora. Menpora Imam Nahrawi melakukan napak tilas pembacaan kembali Ikrar Sumpah Pemuda bersama para pemuda yang berada di 9 lokasi terpisah yang berbeda di dalam dan luar negeri, Jumat Sore (27/10).

Para pemuda yang mengikuti pembacaan ikrar berasal dari 9 kegiatan unggulan bidang kepemudaan yang bersal dari Sabang sampai Merauke.

“Kemajuan teknologi hari ini memungkinkan kita untuk melakukan kembali pembacaan ikrar ini secara bersama-sama, dengan menggunakan video conference yang menguatkan sekaligus membuktikan bahwa meski kita berbeda, meski kita jauh terpisah dari timur hingga barat dan utara selatan, di dalam dan luar negeri, namun jiwa kita masih sama, Indonesia. Kita akan terus menyerukan dan menggelorakan semangat berani bersatu terutama di kalangan anak muda,” ucap Menpora saat memimpin pembacaan Ikrar Sumpah Pemuda ini.

Namun, menurut Menpora dengan berbagai macam kemudahan yang bisa didapatkan pada jaman ini, justru kita malah lebih mudah juga dalam berselisih paham dan mudah terpecah belah.

“Padahal, dengan kemudahan teknologi dan sarana transportasi yang kita miliki hari ini, seharusnya lebih mudah buat kita untuk berkumpul, bersilaturahim dan berinteraksi sosial. Sebetulnya, tidak ada ruang untuk salah paham apalagi membenci, karena semua hal dapat kita konfirmasi dan kita klarifikasi hanya dalam hitungan detik,” jelas Menpora lagi.

Menpora mengatakan pentingnya Ikrar Sumpah Pemuda yang dilakukan 89 tahun yang lalu, karena dengan ikrar 71 orang pemuda inilah yang membuat 17 tahun kemudian lahir Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Agustus 1945.

“Sumpah Pemuda dibacakan di arena Kongres Pemuda ke-2, dihadiri oleh pemuda lintas suku, agama dan daerah. Jika kita membaca dokumen sejarah Kongres Pemuda ke-2, kita akan menemukan daftar panitia dan peserta kongres yang berasal dari pulau-pulau terjauh Indonesia. Secara imaginatif sulit rasanya membayangkan mereka dapat bertemu dengan mudah,” ucap Menpora.

“Para Pemuda kala itu memiliki latar belakang agama, suku, bahasa dan adat istiadat yang berbeda-beda. Namun, fakta sejarah menunjukkan bahwa sekat dan batasan-batasan tersebut tidak menjadi halangan bagi para pemuda Indonesia untuk bersatu demi cita-cita besar Indonesia. Inilah yang kita sebut dengan “Berani Bersatu”, tegas Imam Nahrawi.

Menpora mengutip pidato dari Presiden Republik Indonesia pertama, Bung Karno, yang pernah menyampaikan: “Jangan mewarisi abu Sumpah Pemuda, tapi warisilah api Sumpah Pemuda. Kalau sekadar mewarisi abu, saudara-saudara akan puas dengan Indonesia yang sekarang sudah satu bahasa, satu bangsa, dan satu tanah air. Tapi ini bukan tujuan akhir,”

“Pesan yang disampaikan oleh Bung Karno ini sangat mendalam khususnya bagi generani muda Indonesia. Api sumpah pemuda harus kita ambil dan terus kita nyalakan. Kita harus berani melawan segala bentuk upaya yang ingin memecah pelah persatuan dan kesatuan bangsa. Kita harus berani mengatakan bahwa Persatuan Indonesia adalah segala-galanya, jauh di atas persatuan keagamaan, kesukuan, kedaerahan, apalagi golongan.” ucapnya lagi.

Menpora Imam Nahrawi bersyukur telah dipercaya oleh Presiden Joko Widodo untuk menangani langsung urusan kepemudaan di Indonesia. Menurutnya, di era Pemerintahan Presiden Jokowi telah memberikan perhatian yang sangat besar bagi perkembangan kepemudaan Indonesia.

Jargon Presiden “Kerja Bersama” juga sangat tepat untuk memberikan semangat kepada para pemuda di Indonesia. Bersama pemerintah dan juga seluruh rakyat Indonesia kita akan terus untuk bergotong royong menjaga api semangat Sumpah Pemuda 1928.

0 comments

    Leave a Reply