April 20, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Laju Ekonomi DKI Jakarta Melambat

IVOOX.id, Jakarta  -  Pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta pada triwulan II 2018 melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Bahkan, perlambatan ekonomi ini lebih rendah dari prakiraan Bank Indonesia (BI). 

"Perlambatan terutama disebabkan oleh pelemahan kinerja Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan ekspor yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi Jakarta pada triwulan II turun menjadi 5,93 persen (yoy), dari 5,99 persen (yoy) pada triwulan sebelumnya," ujar Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta, Trisno Nugroho, di Jakarta, Selasa (7/8).

Nugroho mengatakan, pertumbuhan sepanjang semester I 2018 (5,96 persen c-to-c) juga tercatat lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (6,28 persen c-to-c). Menurutnya, perlambatan kinerja PMTB disebabkan oleh perlambatan pada investasi bangunan, sejalan dengan pembangunan infrastruktur ibukota yang rata-rata telah mencapai progress 90 persen. Sehingga, hal ini berdampak pada relatif rendahnya aktivitas belanja modal.

"Hal tersebut juga berdampak pada berkurangnya impor barang modal, sehingga menyebabkan kinerja impor pada triwulan II melambat," imbuhnya.

Selain itu,  lanjutnya, perlambatan ekonomi juga disebabkan karena berkurangnya kinerja ekspor. Terutama dipengaruhi oleh melambatnya ekspor jasa yang mendominasi komponen tersebut.   "Melambatnya ekspor jasa ini disebabkan karena berkurangnya jumlah tamu hotel mancanegara pada triwulan II, yang umumnya datang untuk urusan berbisnis meeting, incentive, convention, and exhibition (MICE), sejalan dengan relatif sedikitnya penyelenggaraan MICE pada masa bulan puasa yang jatuh pada triwulan II," paparnya.

Meski demikian, kata Nugroho , kemampuan konsumsi rumah tangga di DKI Jakarta pada triwulan II 2018 menguat dan mencatat pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal tersebut tidak terlepas dari momen bulan puasa dan hari raya Idul Fitri yang mendorong belanja masyarakat lebih tinggi.

"Selain itu, pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) juga menjadi faktor pemacu belanja. THR yang juga dinikmati oleh PNS mendorong belanja pegawai pada keuangan pemerintah. Hal ini kemudian mendongkrak pertumbuhan konsumsi pemerintah, yang pada triwulan II kembali tumbuh positif setelah mengalami kontraksi pada triwulan sebelumnya," imbuhnya.

 

0 comments

    Leave a Reply