KSSK Targetkan Kenaikan Permintaan Kredit di 38 Sektor Prioritas
IVOOX.id, Jakarta - Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) mendorong kredit 38 sektor prioritas untuk meningkatkan permintaan kredit yang hingga kini belum mengalami pemulihan, baik dari sisi dunia usaha maupun rumah tangga.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti menyebutkan 38 sektor prioritas tersebut dibagi menjadi tiga kelompok bagian yang meliputi sektor berdaya tahan, pendorong pertumbuhan, dan penopang pemulihan.
“Kami mencoba petakan sektor prioritas ada sektor yang berdaya tahan dan penopang dan ini yang kita harapkan bisa menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi ke depan,” kata Deputi Gubernur BI itu dalam acara Temu Stakeholder untuk Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional di Jakarta, Kamis, dikutip Antara.
Destry merinci untuk kelompok berdaya tahan terdapat enam sektor yakni hortikultura, tanaman perkebunan, pertambangan biji logam, industri makanan dan minuman, industri kimia farmasi, serta kehutanan dan penebangan kayu.
Selanjutnya, untuk kelompok pendorong pertumbuhan terdapat 15 sektor pendorong yaitu peternakan, perikanan, industri tekstil dan produk tekstil, industri kulit dan alas kaki, dan industri barang dari logam dan elektronik.
Kemudian industri mesin dan perlengkapan, industri kayu dan furnitur, industri logam dasar, informasi dan telekomunikasi, real estat, jasa pertanian, tanaman pangan, pengadaan air, pengolahan tembakau, serta industri barang galian bukan logam.
Untuk kelompok penopang pemulihan terdapat 17 sektor meliputi pertambangan batu bara dan lignit, konstruksi, industri alat angkutan, hotel dan restoran, jasa kesehatan, perdagangan besar dan eceran, logistik, administrasi pemerintahan, serta jasa pendidikan.
Selanjutnya industri karet dan plastik, angkutan darat, angkutan rel, dan transportasi udara, asuransi dan dana pensiun, jasa penunjang keuangan, jara perantara keuangan, serta jasa keuangan lainnya.
Sebagai informasi, pertumbuhan kredit pada Februari 2021 masih minus 2,15 persen secara tahunan (year on year/yoy) atau lebih dalam dibanding Januari 2021 yang minus 1,92 persen (yoy).
0 comments