October 3, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Konsistensi Ma'arif Institute Merawat Perdamaian

IVOOX.id, Jakarta - Sejak 2007 Ma'arif Institute menjadi salah satu lembaga yang konsisten merawat tiga nilai yang melekat dalam perjalanan intelektual sosok Buya Ahmad Syafii Ma'arif. Tiga nilai tersebut adalah ke-Islaman, kemanusiaan, dan ke-Indonesiaan. 

Hal itu juga dapat dilihat dari cara mereka merawat 'tokoh perdamaian' yang dikemas dalam salah satu agenda utama pemberian penghargaan dua tahunan, yakni MAARIF Award.

Perhelatan MAARIF Award 2020 pun telah usai digelar beberapa waktu lalu. Tahun ini, sosok ustadz muda, Ibnu Kharish dipilih sebagai penerima penghargaan karena otentitas dan kegigihannya menjaga keutuhan bangsa lewat kegiatan dakwah di dunia maya. 

Pada 2018, MAARIF Award diberikan kepada promotor toleransi beragama dari Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), Abdul Rasyid Wahab, pendamping korban bencana alam Rokatenda dengan pendekatan lintas agama.

Aha Rasyid, begitulah ia disapa, beberapa kali berhasil meredam amuk massa karena kesalahpahaman antarpemeluk agama. Oleh karena itulah ia selalu menjadi inspirasi dalam hal promosi toleransi, terutama di wilayah dengan jumlah penganut Islam yang minoritas.

Pada 2016, MAARIF Award diberikan kepada Budiman Maliki, Rudi Fofid, dan Institut Monsituwu. Budiman tengah menempuh studi sarjana di Universitas Tadulako Palu ketika konflik Poso berkecamuk. Kala itu ia menjadi relawan dengan segudang tantangan, termasuk menjembatani pihak yang tidak hanya berseberangan tetapi juga terpisah dalam kamp pengungsi Muslim dan kamp pengungsi Kristen.

Kerja kemanusiaan Rudi juga terlihat ketika konflik Ambon terjadi. Ketika konflik meletus, hanya ada satu surat kabar yang beredar yakni <i>Suara Maluku<p>. Rudi dan kawan-kawan wartawan yang sadar akan kekacauan informasi saat itu kemudian menginisiasi lahirnya media alternatif untuk menglarifikasi isu yang beredar.

MAARIF Award 2014 diberikan kepada Masril Koto dan Yayasan Pendidikan Sultan Iskanda Muda (YPSIM). YPSIM selama ini dikenal sebagai lembaga pendidikan lintas iman yang aktif mengajarkan toleransi. Sementara Masril, seseorang yang mengenyam pendidikan hingga 4 SD. Namun pria kelahiran 13 Mei 1974, ini berhasil menyemai perdamaian dengan pijakan ekonomi pertanian.

Pada MAARIF Award 2012 diberikan kepada Ahmad Baharuddin dan Romo Carolus, OMI. Ahmad ialah tokoh pemuda NU Salatiga yang aktif memberdayakan petani dan menginisiasi komunitas belajar Qoryah Thayyibah. Sementara itu, Romo Carolus dikenal sebagai pelopor gerakan Forum Persaudaraan Umat Beriman. Ia memilih kata beriman dan bukan beragama untuk forum itu karena menganggap prinsip iman melebihi konsep agama.

Ma'arif Institute kemudian menganugerahkan MAARIF Award 2010 kepada Romo Vincentius Kirdjit dan Ali Al Habsyi. Romo Kir, begitu ia akrab disapa, terkenal sebagai pejuang lingkungan bersama masyarakat di lereng Gunung Merapi, Magelang. Adapun Habib Ali adalah aktivis Muslim Syiah yang memperjuangkan ekonomi masyarakat lintas iman di Martapura, Kalimantan Selatan.

Pada 2008, MAARIF Award diberikan kepada Cicilia Yuliani Handayani, TGH Hasanain Juaini, dan Tafsir. Sosok Tafsir dikenal memiliki pergaulan lintas agama yang sangat luas. Ia bahkan tidak ragu untuk berkumpul dengan kelompok marginal seperti waria, korban narkoba, hingga penderita <i>schizophrenia<p>. 

Hasanain, meskipun sehari-hari bergulat dengan kitab kuning, namun ia juga resah dengan kondisi masyarakat NTB yang jatuh dalam lembah buta huruf, angka putus sekolah tinggi, hingga minimnya tingkat partisipasi perempuan. 

Sementara itu, Cicilia ialah penggerak advokasi petani untuk melawan stigmatisasi PKI. Dalam kiprahnya, Cicila mencoba membantu masyarakat Dusun Banyu Urip, Kabupaten Blitar yang mengalami diskriminasi ekonomi, politik, dan agama.

Adapun MAARIF Award pertama yang diberikan pada 2007 jatuh ke tangan Pendeta Jacklevyn Frits Manuputy dan Arianto Sangaji. Pendeta Jacklevyn dikenal sebagai pelopor rekonsiliasi dan reintegrasi Kristen-Muslim di Ambon, Maluku. Sementara Arianto, ialah aktivis perdamaian dan rekonsiliasi Muslim-Kristen di Poso, Sulawesi Tengah.

0 comments

    Leave a Reply