October 5, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Kominfo Ajak Gen Z Jaga Minat Baca Melalui Kegiatan Bedah Buku ‘Toko Buku Terakhir’

IVOOX.id, Bandung - Indonesia akan memanfaatkan bonus demografinya dengan investasi dibidang pendidikan dan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai salah satu kunci keberhasilan menghasilkan Generasi Indonesia Emas. Hal tersebut untuk mendapatkan keuntungan ekonomi dan sosial melalui berbagai kebijakan dan inisiatif, dengan basis sumber daya manusia yang berkualitas.

Dengan modal itu diharapkan akan tercipta pertumbuhan ekonomi yang signifikan di Indonesia. SDM yang berkualitas dapat terwujud, jika generasi mudanya memiliki minat literasi yang tinggi, agar mampu bersaing di tingkat global.

Kini revolusi digital mengarahkan generasi Z menjadi generasi instan, mereka menjadi generasi yang malas berfikir. Hal itu dikarenakan semua mudah didapatkan hanya dengan sebuah sentuhan, sehingga terjebak oleh algoritma kehidupannya sendiri.

Tantanganya bagaimana menjaga minat literasi Gen Z agar kualitas yang dihasilkan dari bonus demografi ini mampu memiliki daya saing tinggi. Buku mungkin bertransformasi dalam bentuk digital. Namun yang paling penting bagaimana minat literasi Gen Z yang dapat diperoleh melalui buku ini dapat tetap terjaga.

Direktur Jenderal Informasi Komunikasi Publik Kominfo Usman Kansong menyebut jika saat ini minat baca anak muda terutama Gen Z menurun. “Karena saat ini kita mencari pengetahuan dan informasi melalui situs pencarian dan media sosial. Sekarang membuat makalah pakai Chat GPT, dulu mencari referensi di perpustakaan. Muncul persoalan yaitu tidak ada pencatuman copyrights bila pakai Chat GPT,” ungkap Usman Kansong di ‘Forum Diskusi Literasi Era Digital’ di Bandung, Senin (26/2/2024).

Selanjutnya Usman Kansong dalam kesempatan itu mengajak Gen Z yang hadir agar terus tetap membaca buku. Ia membagi pengalamanya mencari buku-buku berkualitas di berbagai negara dalam berjudul ‘Toko Buku Terakhir’. “Saya ingin mendorong lewat buku ini, Gen Z untuk menulis. Dengan disiplin membaca, terutama buku kita akan terampil menulis, “ ujar Usman Kansong.

Menurut data Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) dan Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemenkominfo) pada tahun 2023, indeks minat baca masyarakat Indonesia hanya di angka 0,001 persen atau hanya 1 orang yang minat membaca dibanding 1.000 orang.

“Kita terus berkomitmen untuk terus mendorong semangat tinggi untuk terus membaca, karena kemajuan suatu negara bisa dilihat dari minat baca bangsanya,“ jelas Usman Kansong. Ia berharap Gen Z yang hadir di Forum Literasi Digital bias menularkan minat baca ke yang lainya.

Ready Susanto Editor dari Penerbit Kiblat Bandung berpendapat Buku ‘Toko Buku Terakhir’ mengungkapkan kegelisahan seorang pecinta buku terhadap derasnya arus digitalisasi dalam dunia buku masa kini. “ Buku ‘Toko Buku Terakhir’ sebagai salah satu upaya untuk tetap meningkatkan literasi di era digital saat ini.

Wulan Fadila Penulis Buku ‘A: Aku, Benci, dan Cinta’ membagi pengalamanya tentang bagaimana awalnya menulis buku. Wulan menuturkan jika ia mulai mengurangi waktunya melihat-lihat media sosial sebagai sesuatu kesenangan. Ia mengalihkan kegiatan itu dengan mulai menulis hal-hal yang menarik minatnya bersamaan dengan mulai membaca buku-buku yang menurutnya menarik.” Aku mengalihkan ‘Sparks Joy’ (hal yang membuat bahagia) di media sosial dengan mulai menulis apa yang jadi minat aku. Kadang insipirasi tulisan tersebut juga berasal dari media sosial,” ungkap Wulan didepan puluhan Gen Z yang hadir.

Selanjutnya Wulan mengungkapkan jika tulisanya pada Buku ‘A: Aku, Benci, dan Cinta’ tersebut setelah mencoba beberapa kali menulis belasan novel. “Memulai sesuatu (menulis) itu bukan berarti harus langsung hebat, berbelas-belas novel aku tulis. Alhamdulillah hasilnya buku ‘A: Aku, Benci, dan Cinta’ jadi Mega Best Seller dan di filmkan juga. Yang penting konsisten terhadap kemampuan akan sesuatu, hal ini yang sulit dilakukan di zaman sekarang,” papar Wulan.

Wulan menyebut penyebab sulit pertama kali untuk berliterasi karena kebiasaan membaca sesuatu di media social hanya satu atau dua paragraf saja.” Kebiasaan baca sebentar sudah scroll (pindah) ke konten lain, itu jadi penyebab kemampuan baca kita menurun. Sehingga waktu membaca buku terasa lelah sekali, karena kebiasaan tadi,” jelas Wulan.

Untuk itu, Wulan mengingatkan jika hal tadi dilakukan terus-menerus akan menyebabkan hal negatif. “Kondisinya nanti kita seperti ‘Katak dalam Tempurung,” tegasnya. Wulan menyebut jika Gen Z ingin mencari potensi diri secara utuh sebaiknya membatasi kegiatan dengan hal-hal negatif. “Batasi kegiatan yang menurut temen-temen gak baik, atau jadi adiktif,” kata Wulan. Menurutnya dengan minat baca yang tinggi akan memudahkan kita untuk menggali sesuatu hal. Dengan demikian akan memudahkan menjalankan profesi atau kegiatan belajar.

Sherry H seorang ‘Bookfluencer’ mengemukakan, digitalisasi jika digunakan dengan benar akan menyebarkan dan menaikkan minat baca. ”Banyak penerbit dan penulis mempromosikan bukunya dengan media digital,” terang Sherry.

Ia kemudian membagi pengalamanya terkait minatnya terahadap buku-buku hingga disebut sebagai ‘Bookfluencer’.“I can’t leave without books, sampai nonton acara ‘live music’ aku tenteng-tenteng buku, sembari ngantri tiket konser aku baca buku,” tutur Sherry.

Lalu Sherry menjelaskan manfaat membaca, terutama membaca buku-buku digital atau cetak. “Di era digitalisasi sekarang ini sangat membantu sekali. Kalau kita tidak membaca kita akan sangat sulit menulis dan menangkap mencerna informasi yang diberikan kepada kita secara langsung atau tidak langsung. Jangan tergantung dengan Chat-GPT, kita harus punya kemampuan sendiri. Di era digitalisasi kita sebaiknya tetap harus punya kemampuan berliterasi,” jelas Sherry.

0 comments

    Leave a Reply