October 30, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Kepala Eksekutif LPS: Vaksin Katalis Positif Bagi Perbaikan Kredit Industri Perbankan

IVOOX.id, Jakarta - Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Lana Soelistianingsih menilai vaksin dapat menjadi salah satu katalis positif yang diharapkan dapat memperbaiki kredit di industri perbankan yang relatif masih lesu.

Menurut Lana, dengan adanya program vaksinasi yang efektifitasnya sudah mulai dirasakan dan dengan turunnya angka penyebaran COVID-19, diharapkan kepercayaan masyarakat akan pulih dan kegiatan usaha kembali normal seiring dengan meningkatnya permintaan atas kredit pada bank.

"Cepat atau lambat, saya kira suku bunga kredit akan turun seiring dengan kegiatan usaha yang semakin membaik, terlebih program vaksinasi berjalan dengan masif, seperti terlihat di sentra perekonomian semisal di Pasar Tanah Abang. Saya kira juga akan dilaksanakan di berbagai tempat sejenis, sehingga akan membangun kepercayaan masyarakat bahwa pandemi ini sudah mulai terkendali dan membangun keyakinan akan konsumsi, dan jika konsumsi mulai membaik, di sinilah kegiatan usaha akan pulih dan bahkan meningkat," ujar Lana melalui keterangan persnya di Jakarta, Rabu.

Lana menuturkan LPS sebagai salah anggota Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) bersama dengan Kementerian Keuangan, Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan terus bersinergi guna mendorong penurunan suku bunga kredit.

Pihaknya selalu berkomunikasi dan terus berkoordinasi, membahas kondisi makro dan mikro di sektor keuangan dan juga melihat kemungkinan apakah ada ruang untuk turun, sebagai kelanjutan dari suku bunga yang lain.

"Tentunya kami juga memonitor suku bunga kredit ini bagaimana cara mendorong untuk turun. Tentunya upaya untuk mendorong suku bunga kredit adalah bagaimana cara menurunkan suku bunga pinjaman atau suku bunga penjaminan, tentunya kami akan sinergikan terlebih dulu," kata Lana.

Ia menambahkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi suku bunga kredit, belum stabilnya kredit atas permintaan karena kegiatan usaha yang belum menunjukkan konsistensi.

Jika dilihat dari simpanan yang berbasis giro, lanjutnya, memang ada penurunan karena tiga bulan lagi akan menghadapi bulan puasa dan Lebaran dan tampaknya beberapa kegiatan usaha mulai menggunakan giro. Artinya masih menggunakan uang sendiri bukan kredit yang dikeluarkan oleh bank.

"Hal inilah yang belum bisa mentransmisikan ke suku bunga kredit karena para pelaku usaha masih menggunakan lebih banyak giro yang dimilikinya untuk kegiatan usaha yang mulai membaik seperti saat ini. Saya kira, vaksin memang menjadi harapan bagi kegiatan usaha," ujar Lana, dikutip Antara.

Menurutnya, ke depan efektifitas vaksin ini bisa menjadi faktor positif yang dapat membuat kegiatan usaha semakin pulih.

"Tentunya para pelaku usaha tidak bisa terus menerus menggunakan uangnya sendiri atau giro, pasti mereka akan meminta kredit pada bank, di saat kredit mulai membaik, di situ mungkin perbankan juga akan mulai memberikan relaksasi terhadap suku bunga kreditnya," katanya.

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh LPS, efektifitas penurunan suku bunga simpanan ke suku bunga kredit, dalam keadaan normal, ada selang waktu antara satu triwulan sampai dengan dua triwulan. Tetapi dengan kondisi pandemi seperti sekarang, mungkin perlu waktu lebih lama lagi atau sekitar tiga triwulan.

Jika melihat kondisi simpanan yang masih tumbuh sekitar 10 persen pada Januari dan pada Desember 2020 tumbuh sekitar 11 persen, hal itu menunjukkan simpanan masih terus meningkat.

"Kalau likuiditas ini masih cukup banyak di perbankan, maka mau tidak mau tren penurunan suku bunga pasar itu masih berlanjut. Di sini LPS akan melihat bagaimana penurunan suku bunga pada bulan Februari akan direspons oleh pasar. Kalau memang dimungkinkan turun, nanti akan ada ruang untuk turun," ujar Lana.

Lana menambahkan jika permintaan kredit mulai membaik, hal itu dapat mendorong bank untuk menurunkan suku bunga kredit. Oleh karena itu, mengerek konsumsi masyarakat menjadi upaya yang krusial

"Secara historis jika melihat PDB, konsumsi rumah tangga berkontribusi sekitar 55 persen. Dulu sebelum pandemi, masyarakat kita itu konsumtif, dan itu benar adanya jika melihat kontribusi dari konsumsi rumah tangga itu, jadi kekuatan ekonomi kita itu sebetulnya di konsumsi rumah tangga. Oleh karenanya ke depan sinergi kebijakan itu ialah bagaimana mendongkrak konsumsi rumah tangga tersebut," kata Lana.





0 comments

    Leave a Reply