May 5, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Kendati Stabil, Harga Minyak Mentah di Asia Cenderung Turun

IVOOX.id, Singapura – Harga minyak mentah di pasar Asia pada Jumat (17/11/2017) relatif stabil pasca penurunan yang terjadi belakangan ini. Kendati demikian, harga komoditas strategis itu cenderung turun akibat kecemasan terhadap lonjakan pasokan minyak Amerika.

Menurut laporan Reuters di Singapura, minyak mentah Brent di pasar Asia terpantau di level harga US$61,31 per barel pada Jumat pagi, atau turun 5 sen dibandingkan pada penutupan di sesi perdagangan sebelumnya.

Reuters juga melaporkan, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menguat 18 sen atau 0,3% menjadi US$55,32 per barel.

Sepanjang pekan ini, harga Brent telah turun 3,4% dan WTI sebesar 2,5% akibat kecemasan terhadap pertumbuhan produksi dan cadangan minyak Amerika. Pasalnya, kedua patokan harga minyak tersebut naik ke titik tertinggi dalam 2,5 tahun terakhir ini pada pekan lalu.

Dalam beberapa bulan terakhir ini, harga minyak mentah di pasar global telah memperoleh dukungan dari Organisasi Negara Eksportir Minyak (OPEC) dan Rusia yang terus-menerus berupaya menahan produksi sejak Januari agar memperketat pasokan ke pasar global serta mendorong kenaikan harga.

Upaya tersebut ternyata berhasil mendorong kenaikan harga minyak mentah Brent sekitar hampir 40% sejak Juni 2017 lalu.

Analis perminyakan dari perbankan Belanda, ABN Amro, menuturkan, kesepakatan pemangkasan produksi minyak mentah yang dilakukan beberapa produsen OPEC dan non-OPEC tersebut mengakibatkan penurunan pasokan serta pemulihan harga minyak di pasaran dunia.

“Kami perkirakan, harga minyak akan terus meningkat pada 2018 hingga mencapai US$75 per bare,” imbuh analis tersebut.

Kesepakatan pemangkasan produksi minyak mentah tersebut akan berakhir pada Maret 2018. Kendati demikian, OPEC dijadwalkan melakukan pertemuan pada 30 November untuk membahas kebijakan tersebut.

Pihak OPEC maupun non-OPEC diperkirakan bakal menyetujui perpanjangan pemangkasan produksi karena tingkat penyimpanan tetap tinggi, meski ada penarikan baru-baru ini.

“Masalah yang harus dihadapi saat ini adalah total stok minyak mentah masih berada di atas rata-rata lima tahun,” tutur William O'Loughlin, analis investasi Rivkin Securities Australia.

Sementara itu, Khalid al-Falih, Menteri Energi Arab Saudi, yang merupakan pemimpin de facto OPEC, Kamis (16/11/2017), mengatakan,”Kita harus menyadari bahwa pada akhir Maret 2018, kita tidak akan memperoleh tingkat pasokan minyak seperti yang kita inginkan, yakni rata-rata lima tahun. Itu berarti, pemangkasan produksi bakal diperpanjang.”

Kendala utama yang dihadapi OPEC untuk memperketat pasokan minyak di pasar global adalah Amerika Serikat yang produksi minyak mentahnya mencapai 9,65 juta barel per hari (bph) pada bulan ini. Itu berarti, terdapat lonjakan produksi sekitar 15% sejak penurunan produksi yang dialami pada pertengahan 2016.

Karena itu, para trader minyak saat ini sedang menantikan laporan mingguan mengenai pengeboran minyak di Amerika Serikat yang diterbitkan oleh perusahaan jasa perminyakan, yakni Baker Hughes. Laporan mingguan tersebut saat ini dijadikan panduan pasar.

“Total rig minyak Baker Hughes yang bakal dirilis nanti malam akan memberikan gambaran yang update terhadap pasokan minyak mentah Amerika dalam jangka pendek,” pungkas Stephen Innes, Kepala Perdagangan bursa berjangka OANDA di Asia Pasifik.[abr]

0 comments

    Leave a Reply