April 19, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Kenaikan Suku Bunga BI Berhasil Tarik Masuk Modal Asing Rp6 Triliun ke SBN

IVOOX.id, Jakarta - Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia sebesar 50 basis poin (bps) pada Juni lalu telah menaikkan imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN), sehingga berhasil menarik modal asing sebesar Rp6 triliun. Meski diakui, di pasar saham aliran modal asing tak begitu deras.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah di Jakarta, Rabu (11/7), mengatakan dengan aliran modal asing yang masuk (capital inflow), imbal hasil SBN bertenor 10 tahun bergerak ke level 7,4 persen saat ini, setelah sebelumnya di 7,8 persen. "Imbal hasil SBN Indonesia masih menarik, terbukti `inflow` sudah mulai ada," ujar dia.

Bank Sentral giat melakukan intervensi di pasar SBN untuk menjaga selisih antara obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun dengan imbal hasil SBN.

Stabilisasi di pasar SBN juga semakin gencar dilakukan menyusul perkembangan ekonomi dan arah kebijakan moneter AS yang rentan menimbulkan pembalikkan arus modal dari pasar keuangan di Indonesia.

"Kita jaga supaya domestik tetap menarik bagi investor asing," kata Nanang, diberitakan Antara.

Namun, untuk di pasar saham, Nanang mengakui aliran modal asing yang masuk belum sederas seperti ke pasar SBN.

Menurut Nanang, Indonesia bersama negara-negara dengan potensi ekonomi yang terus bertumbuh (emerging market) saat ini menjadi sasaran para investor global. Namun modal yang masuk ke negara "emerging market" bukan hanya modal jangka panjang, melainkan juga modal jangka pendek yang rentan kembali ke nagara maju (hot money) saat terjadi perubahan arah kebijakan moneter global.

Maka dari itu, Indonesia perlu meningkatkan resiliensi ekonomi agar memiliki ketahahan ekonomi eksternal yang lebih kuat, dibanding negara-negara dengan kapasitas ekonomi setara (peers) seperti Turki, Argentina, Brazil dan lainnya.

Rupiah memang masih rentan depresiatif. Sejak awal tahun hingga 11 Juni 2018, rupiah melemah 5,3 persen (year to date/ytd).

"Kita tidak ingin membandingkan dengan negara lain tapi Argentina itu sudah 30 persen, Brasil sudah 17 persen, Turki sudah di atas 10 persen, India pun sudah di atas 7 persen," kata Nanang.

Bank Sentral, kata Nanang, akan terus bersikap antisipatif (pre emptive), menerapkan tingkat kebijakan moneter yang mendahului (ahead of the curve) untuk meredam dampak tekanan ekonomi global, terutama untuk menjaga stabilitas rupiah.

"Semua negara memang menaikkan suku bunga sekarang ini, karena likuiditas global lagi ketat. Jadi menaikkan suku bunga sebagai pencegahan," ujarnya.

0 comments

    Leave a Reply