April 26, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Kenaikan Harga Obligasi Domestik masih Harus Diuji Ketahanannya

IVOOX.id, Jakarta - Pergerakan pasar obligasi dalam sepekan ke depan diharapkan masih berpeluang mengalami kenaikan.

"Meski demikian, kenaikan yang terjadi harus diuji ketahanannya karena juga dibarengi dengan mulai adanya indikasi kenaikan imbal hasil obligasi AS," kata Reza Priyambada, analis senior Binaartha Sekuritas di Jakarta, Senin (4/6/2018).

Rilis positif data-data ketenagakerjaan AS di akhir pekan kemarin, kata dia, dimanfaatkan pelaku pasar untuk meningkatkan permintaan imbal hasil yang lebih tinggi. 

"Selain itu, pasar obligasi dalam negeri juga akan menghadapi libur panjang lebaran di mana volume perdagangan biasanya akan cenderung lebih rendah," ujarnya. 

Untuk itu, Reza menyarankan para pemodal untuk tetap mencermati pergerakan imbal hasil obligasi global selanjutnya dan sejumlah sentimen makro dan antisipasi jika terdapat sentimen yang membuat pasar obligasi kembali berbalik arah melemah.

Spread yield obligasi Indonesia dan US Treasury tenor 10Y diperkirakan masih akan bergerak di kisaran 404-422 bps yang menandakan spread mulai mengecil dan masih adanya risiko dari sentimen makroekonomi global. 

Diperkirakan rentang imbal hasil obligasi SUN internal akan berada dalam kisaran ± 4-5 bps (6,27%-7,83%). "Tetap cermati berbagai sentimen yang dapat membuat pasar obligasi kembali melemah," papar dia.

Dalam sepekan terakhir, terapresiasinya rupiah memberikan sentimen positif pada pasar obligasi untuk melanjutkan kenaikannya di awal pekan sehingga dimanfaatkan untuk kembali masuk secara selektif terhadap sejumlah seri obligasi.

Selain itu, pergerakan sejumlah imbal hasil obligasi AS yang cenderung turun setelah The Fed membiarkan pergerakan inflasi di atas targetnya, berimbas pada pergerakan imbal hasil obligasi dalam negeri yang cenderung turun.

Pergerakan rupiah yang masih melanjutkan kenaikannya direspon sangat positif sehingga berimbas pada penurunan yang cukup signifikan dari imbal hasil obligasi. Di sisi lain, pergerakan imbal hasil obligasi AS yang masih cenderung turun masih direspon positif.

Pergerakan rupiah yang cenderung kembali menguat memberikan imbas positif pada laju pasar obligasi dalam negeri. 

"Akan tetapi, penguatan tersebut juga dibarengi dengan aksi ambil untung tipis antisipasi rilis data-data ketenagakerjaan AS di akhir pekan yang diperkirakan meningkat dan memberikan imbas kenaikan pada imbal hasil obligasi AS. Terlihat aksi jual terjadi pada obligasi tenor pendek," ungkap Reza.

Di pekan kemarin, secara mingguan pergerakan imbal hasil cenderung tercatat turun. Pergerakan yield untuk masing-masing tenor ialah untuk tenor pendek (1-4 tahun) rata-rata mengalami penurunan imbal hasil 9,59 bps; tenor menengah (5-7 tahun) turun 40,83 bps; dan panjang (8-30 tahun) turun 20,83 bps.

Pada obligasi korporasi, kembali mengalami penurunan. Imbal hasil obligasi dengan dengan rating AAA yang di pekan sebelumnya di kisaran 9,18%-9,32% untuk tenor 9-10 tahun namun, di pekan kemarin bergerak di 9,00%-9,03%. 

Pada rating AA, di level di level 9,76%-9,82% dari sebelumnya 10,00%-10,01%; rating A turun di kisaran 10,95%-10,97% dari sebelumnya 11,04%-11,08%; dan pada rating BBB dirilis di 13,25%-13,50% dari sebelumnya 13,91%-13,97%. Dari sisi makroekonomi, laju pasar obligasi banyak dipengaruhi kondisi eksternal.

Pada pekan ini, jangan lewatkan lelang surat utang negara (SUN) pada Selasa (5/6) dimana Pemerintah akan menawarkan enam seri obligasi negara. Adapun jumlah indikatif SUN yang dilelang sebesar Rp10 triliun dengan target maksimal Rp15 triliun. Kelima seri obligasi itu adalah sebagai berikut:

1. Seri SPN12180906 (penerbitan kembali) dengan pembayaran imbal hasil secara diskonto dan jatuh tempo 6 September 2018;

2. Seri SPN12190606 (penerbitan baru) dengan pembayaran imbal hasil diskonto dan jatuh tempo 6 Juni 2019;

3. Seri FR0063 (penerbitan kembali) dengan tingkat imbal hasil 5,625 persen dan jatuh tempo 15 Mei 2023;

4. Seri FR064 (penerbitan kembali) dengan tingkat imbal hasil 6,125 persen dan jatuh tempo 15 Mei 2028; 

5. Seri FR065 (penerbitan kembali) dengan tingkat imbal hasil 6,625 persen dan jatuh tempo 15 Mei 2033; dan

6. Seri FR076 (penerbitan kembali) dengan tingkat imbal hasil 7,375 persen dan jatuh tempo 15 Mei 2048. (jaw)

0 comments

    Leave a Reply