Kementrian PUPR Dukung Mahasiswa UGM Membuat Alat Pencacah Limbah Plastik
IVOOX.id, Yogyakarta - Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (FT-UGM) membuat alat pencacah limbah plastik, hal ini bagus karena dapat mendaur ulang limbah plastik menjadi campuran aspal.
Terkait hal tersebut Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus memberikan dukungan untuk pengembangan inovasi bagi setiap perguruan tinggi di Indonesia.
Menurut Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, alat tersebut sangat bermanfaat karena bisa mengurangi sampah plastik yang berada di Indonesia dan mengubahnya menjadi bahan campuran aspal.
“Tujuannya untuk mengurangi sampah plastik karena pantai kita paling kotor kedua di dunia. Pemanfaatan sampah plastik adalah dengan mengolahnya, salah satunya sebagai bahan campuran aspal," ujar Menteri PUPR Basuki Hadimuljono.
Basuki juga meminta kepada setiap perguruan tinggi untuk bisa memberikan kontribusi agar Indonesia bisa menjadi lebih baik lagi, Menteri PUPR juga ingin alat pencacah limbah plasti buatan FT-UGM dapat diproduksi masal.
"Oleh karena itu universitas sebagai pusat inovasi bisa turut berkontribusi. Seperti alat pencacah limbah plastik ini yang merupakan inovasi FT UGM bekerjasama dengan BUMN PT. Barata Indonesia yang akan memproduksinya secara massal,” tambah Menteri PUPR.
Menteri Basuki berharap masyarakat juga terlibat dalam pengolahan limbah plastik menggunakan alat pencacah hasil produksi PT. Barata Indonesia, Kementrian PUPR siap untuk membeli alat pencacah limbah plastik sesuai dengan kemampuan produksi.
“Kementerian PUPR melalui Balai-Balai Pelaksanaan Jalan Nasional yang ada di daerah juga siap membeli hasil plastik cacahnya. Jumlahnya tergantung kemampuan produksi, karena pada prinsipnya kita perlu banyak,” ucap Menteri Basuki.
Menurutnya penelitian pemanfaatan limbah plastik sudah mulai dilakukan sejak 2008 oleh Balitbang PUPR. Kemudian atas inisiatif Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, penelitian ini terus dikembangkan dan diintensifkan sejak awal tahun 2017.
Ia juga menyampaikan bahwa penggunaan aspal campuran limbah plastik telah diuji coba pada beberapa ruas jalan nasional di Jakarta, Makassar, Bekasi, Denpasar dan Tol Tangerang-Merak.
Penggunaan campuran aspal panas dengan limbah plastik diketahui memiliki daya tahan terhadap deformasi dan retak dibandingan aspal biasa, hal tersebut didapatkan berdasarkan hasil uji laboratorium tahun 2017 oleh Pusat Litbang Jalan Kementrian PUPR.
Bahkan penggunaan limbah plastik dapat menambah kerekatan jalan, sehingga saat dihampar aspal panas, ketika diukur suhunya yaitu 150-180 derajat celcius, yang artinya plastik tidak terdegradasi dan masih jauh dari batas degradasi sampah yaitu 250-280 derajat Celcius atau suhu dimana plastik mengeluarkan racun.
0 comments