November 17, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Kaderisasi Nasional V FMKI, Kepala BMKG : Jadilah Pemimpin, Bukan Bos

IVOOX.id, Jakarta - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, seorang pemimpin harus cepat mengambil keputusan dan berani menanggung risiko. Menurutnya, hal tersebut merupakan salah satu syarat seorang pemimpin sukses.

Pernyataan tersebut disampaikan Dwikorita dihadapan ratusan mahasiswa, taruna, dan praja dalam forum “Kaderisasi Nasional V Forum Mahasiswa Kedinasan Indonesia (FMKI), Jakarta, Sabtu (31/7).

Kegiatan berskala nasional yang digelar secara virtual ini diikuti kurang lebih 117 delegasi dari 45 Perguruan Tinggi Kedinasan (PTK) seluruh Indonesia dengan tuan rumah yakni Sekolah Tinggi Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (STMKG).

“Menjadi seorang pemimpin tidak hanya dituntut sekadar pintar, tapi juga percaya diri serta mampu menguatkan dan memberdayakan seluruh sumber daya yang ada. Jangan lupa, leader atau pemimpin dan bos adalah dua hal yang berbeda,” ungkapnya.

Dwikorita menyebut, seorang bos hanya sekedar memerintah, menganggap anak buah sekedar bawahan, dan hanya fokus pada hasil. Tapi seorang pemimpin harus visioner, mampu memberdayakan seluruh anggota tim, menginspirasi dan memotivasi orang-orang untuk bertindak bersama demi mencapai tujuan tanpa meninggalkan proses.

“Kalau kehadiran anda ditakuti, jangan bangga dulu. Bisa jadi ada yang salah dengan diri anda. Jadilah pemimpin yang dihormati dan disegani oleh semua anggota tim karena sifat kepemimpinan anda yang mampu mengayomi semua orang,” tuturnya.

Menurut Dwikorita, pemimpin harus membumi, artinya mau turun atau terjun langsung agar mengetahui apa yang terjadi di lapangan dan menentukan langkah yang harus diambil. Bukan duduk manis di belakang meja, melainkan langsung memberi arahan bahkan men-drive sekaligus memberikan feedback.

“Revolusi Industri 4.0 yang tengah berlangsung saat ini membawa banyak perubahan di berbagai sektor. Kita harus beradaptasi dengan cepat, berjuang untuk berubah, agar tidak tergilas,” ujarnya.

Lebih lanjut Dwikorita mengatakan, seluruh mahasiswa, taruna dan praja sekolah tinggi kedinasan adalah seorang “champion” dan merupakan orang-orang yang beruntung karena tidak semua orang bisa diterima di sekolah kedinasan karena persaingan dan seleksi masuk yang sangat ketat. Oleh karena itu, cara bersyukur terbaik adalah dengan bersungguh-sungguh belajar dan setelah lulus nanti harus bekerja keras dan mengamalkan seluruh ilmunya demi bangsa dan negara.

Ancaman Risiko Bencana Geo-Hidrometeorologi

Sementara itu, dalam kesempatan tersebut Dwikorita juga memaparkan bahwa Indonesia saat ini menghadapi ancaman risiko bencana geo-hidrometeorologi. Hal tersebut tidak lepas dari fenomena cuaca, iklim, dan tektonik di Indonesia yang semakin dinamis, kompleks, tidak pasti, dan ekstrem. Indonesia sendiri berada dalam kepungan lempeng-lempeng tektonik aktif dan dikelilingi oleh cincin api.

Berdasarkan data, jumlah kejadian bencana hidrometeorologi meningkat signifikan setiap tahunnya. Dwikorita menyontohkan, gempa bumi pada kurun waktu 2008-2016 rata-rata 5.000-6.000 kali dalam setahun. Pada 2017, jumlahnya meningkat menjadi 7.169 kali dan pada 2019 naik signifikan menjadi lebih dari 11.500 kali.

“Saat ini BMKG terus bekerja keras membangun sistem peringatan dini multi bencana. Tidak sendiri, tapi BMKG bekerjasama dan berkolaborasi dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Informasi Geospasial (BIG), Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), dan berbagai pemangku kepentingan lain,” tuturnya.

“Kajian dan riset terus dilakukan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi High Performance Computing (HPC), Artificial intelligence (AI) dan big data, serta melibatkan institusi penelitian, kerekayasaan, serta perguruan tinggi,” tambah dia.

Dwikorita menegaskan, dengan kolaborasi yang solid antara BMKG dengan seluruh kementerian/kembaga/pemerintah daerah maka risiko bencana akan semakin dapat diminimalisasi. Pada kesempatan tersebut Dwikorita juga mengajak para kader pemimpin masa depan dari Forum Mahasiswa Kedinasan Indonesia tetap terus mewujudkan kolaborasi, sinergi dan koneksitas, agar negara kita lebih mampu beradaptasi dan memitigasi potensi bencana geo-hidrometeorologi.

0 comments

    Leave a Reply