May 2, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Jawab Tantangan Ekonomi 2019, Kebijakan Ekonomi Supply-Side Konsisten Dikembangkan

IVOOX.id, Jakarta -- Kondisi perekonomian global yang masih bergejolak dan penuh dengan ketidakpastian diperkirakan masih akan berdampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia, baik negara maju dan negara berkembang. Berdasarkan data International Monetary Fund (IMF) yang dirilis pada Oktober 2018, perekonomian dunia diprediksi sedikit melambat dari 3,73% menjadi 3,7%. Namun demikian, hal ini tidak menyurutkan konsistensi Pemerintah menjalankan transformasi ekonomi, khususnya dalam menggarap kebijakan ekonomi supply-side hingga akhir masa pemerintahan.


“Hasil dari kebijakan supply-side era Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) selama empat tahun belakangan terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang stabil di tengah gejolak ekonomi dunia. Bahkan, hal inibjuga diikuti oleh indikator sosial yang juga membaik, seperti tingkat kemiskinan, tingkat pengangguran, rasio gini, hingga Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Artinya, semua kebijakan sudah mengarah pada pembangunan yang berkualitas. Ini capaian yang baik, mengingat karena biasanya pertumbuhan ekonomi tidak selalu diikuti dengan perbaikan keadaan sosial. Hal ini adalah suatu prestasi yang baik” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution saat memberikan keynote speech pada Seminar Nasional Proyeksi Ekonomi Indonesia 2018, pada Rabu (5/12) di Grand Sahid Hotel, Jakarta.


Keputusan untuk memprioritaskan kebijakan ekonomi supply-side sudah dilaksanakan sejak awal pemerintahan Presiden Jokowi-JK, melalui perbaikan infrastruktur, perbaikan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), dan kebijakan reforma agraria. Kebijakan supply-side ini selain lebih mudah dikendalikan, juga mampu membuka kesempatan bagi seluruh masyarakat secara merata di pedesaan dan perkotaan.


“Pendekatan ini dapat diwujudkan tanpa adanya perpindahan barang dan jasa secara besar-besaran ke luar ataupun ke dalam negeri. Namun, kebijakan demand-side tidak boleh dilupakan dengan tetap mendorong investasi dan konsumsi masyarakat” tambah Darmin.


Darmin menegaskan fokus kebijakan supply-side terus digalakkan untuk memberikan multiplier effect yang besar yang terus diselaraskan dengan program pemerataan ekonomi.


“Infrastrukur akan melahirkan kegiatan-kegiatan baru yang ditransformasikan dari kegiatan lama. Sistem logistik juga perlu dibangun juga setelah infrastruktur tersedia. Hal ini dapat direalisasikan dengan bekerja sama dengan pemerintah daerah supaya membuat pasar pengepul agar konektivitas terbentuk secara sempurna” kata Darmin.


Menanggapi perang dagang Amerika Serikat dan Cina dan implikasinya ke perekonomian nasional, Darmin memprediksi proyeksi ekonomi Indonesia masih bergantung pada interaksi perang dagang itu sendiri. Darmin menduga pada 2019 tidak ada lahi interaksi AS-Cina yang yang esktrim. Bahkan, kedua negara akan sadar bahwa perang dagang hanya akan berimplikasi negatif pada perekonomian masing-masing negara.


“Dengan begitu, kami optimis kedepan tingkat inflasi masih berada di titik aman yakni berada level 3%. Kami juga melihat bukan sesuatu yang berat untuk memenuhi pertumbuhan ekonomi di level 5,3%, sesuai dengan asumsi makroekonomi APBN 2019” tutup Darmin.


Ketua Asosiasi Pengusaha Kebijakan Indonesia (APINDO) Bidang Kebijakan Publik Danang Girindrawardana juga menambahkan perekonomian Indonesia telah bergeser menjadi seperti negara Singapura, dimana nilai tambah sektor pertanian dan manufaktur menurun seiring dengan peningkatan sektor jasa. Namun, peningkatan sektor jasa ini belum mampu menyerap tenaga kerja yang melimpah di pasar tekanan kerja.


“Penurunan nilai tambah sektor manufaktur ini mengindikasikan adanya deindustrialisasi secara prematur. Dengan begitu, transformasi ekonomi ini diperlukan untuk dapat terus digalakkan oleh pemerintah agar tetap menyerap tenaga kerja ” tambah Danang.


Hadir dalam acara ini Staf Khusus Presiden RI Ahmad Erani Yustika, CEO PT Paragon Technology and Innovation Nurhayati Subakat, Peneliti Bank Dunia Indira Hapsari, dan Peneliti INDEF Ahmad Heri Firdaus. ( Adhi Teguh)

0 comments

    Leave a Reply