May 4, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Inilah Berbagai Prosesi Ritual Adat Rangkat’Tu Tonna 2019, Yang Terus Dilestarikan

IVOOX.id, Talaud -- Kabupaten Kepulauan Talaud sangat kaya dengan adat istiadat sebagai bagian dari tradisi dan kearifan lokal yang terus terpelihara secara baik.


Salah satu di antaranya adalah ritual adat Manduru’u Tonna yang rutin dilaksanakan setiap tahun baru, diakhir bulan Januari.


Dengan semangat persatuan, perbedaan hati, masyarakat Talaud menjadi satu keindahan” (Paairrala apendammu latio, maolaa ararransangu taroda su rimbuattu sanggaroma porodisa, dalam bahasa Talaud – red), dan “Hidup rukun dan damai dalam perbedaan Tuhan mencurahkan berkat” (Mamanua su paairrala latio ua sanggaroma mawu maniuddu aramatta, dalam bahasa Talaud – red), itulah makna yang diangkat dalam Ritual adat kali ini.


Tahun ini, ritual adat dipusatkan di Kelurahan Beo, Kecamatan Beo, pada Kamis (31/1/2019) kamerin, tepatnya di objek wisata Beo Boulevard Center (BBC) atau oleh masyarakat setempat dikenal dengan Pantai Tambio’e. Karena dipusatkan di Kecamatan Beo, acara tersebut disebut Rangkat’tu Tonna.


Ritual ini merupakan permohonan doa syukur atas pemeliharaan Tuhan selama tahun yang telah dijalani dan permohonan akan pemeliharaan Tuhan sepanjang 2019, agar senantiasa pemerintah dan masyarakat Talaud selalu dilindungi dan diberkati oleh Yang Maha Kuasa (Tuhan).


Sebagai warisan leluhur yang tetap dijaga dan dilestarikan, ritual ini dilakukan untuk menolak bala atau malapetaka yang akan melanda Kabupaten Kepulauan Talaud.


Sebelum dilaksanakan, ritual ini diawali dengan cara Mandapiga atau ritual permohonan secara adat kepada Sang Pencipta agar acara puncak dapat berlangsung lancar dan diberkati. Dan selanjutnya, berbagai prosesi ritual adatpun dilakukan untuk mensukseskan acara tersebut. Seperti mal,ambe sinangian ratu’n Taloda sumutta supasalangannu wanal palaguannu manara (Putri Talaud memasuki lokasi acara syukur), sarohoannu bara’a dan sarohannu sallainga (dijemput dengan adat tari perang dan tari lenso), lumintu wusu wininta (turun dari perahu), manarimatta lai manaraka manara tanginu malamber sinangiang ratun Taroda (penerimaan sekaligus pemberian sapaan dan gelar adat Talaud untuk Forkopimda), marambe sinangiang ratun Taroda manengkellana nanaungan samui laa wawaro wanua tatiala andeang i tata i lagu sanseongannu tatengkoren lai tambore (pemukulan gong oleh Bupati Kepulauan Talaud sebagai tanda acara dimulai, diikuti tambor dan tatengkoren).


Dalam acara tersebut, semua yang hadir ikut menyanyikan lagu himne Talaud, lembungu rintullu (awodalla mangantari lembungngu rintullu), dilanjutkan tingittu sasambiolo bisara’n sasaloho (kata-kata jemputan), tahinananu tuda taraan pandu (uraian maksud), ariomannu mamua manara (doa persiapan dan pembuka), taingngu durange wilattu medane lapidu, mamanta lurange (doa pengakuan penyucian dan dasar), rangkettu tonna sahari wuran tonna 2018 binintau tonna 2019 (pelepasan simbol bahtera kehidupan di tahun 2018 dan memasuki tahun baru 2019), lintukku halele manosokku wuallanna (permohonan memulai semua mata pencaharian), wisara papansunge (doa permohonan berkat) dan arimannu sariu (doa umum oleh Rohaniwan) yang terbagi atas doa syukuran tahun baru, doa untuk pemerintah dan bangsa, doa untuk profesi anak negeri, doa kerukunan antar umat beragama, dan doa persatuan dan kesatuan anak negeri yang diteruskan dengan menyanyikan lagu adat sansiotte sampate-pate (lagu semboyan Talaud).


Malambe sinangian Ratun Taroda, para pentua adat yang sudah ditugaskan kemudian membawa masuk simbol adat, yakni Pua Mangoronganna (kepala babi) dan Baa’a (ketupat raksasa) ke dalam tempat ritual yang nantinya akan dipotong oleh Bupati Kepulauan Talaud dan kemudian membagikannya kepada orang-orang yang telah ditentukan.


Ritual adat kemudian ditutup dengan Pengakuan dosa yang terjadi dalam kegiatan dan menerima berkat (malappu manahupunna).


Diketahui, acara yang hampir sama dengan Tulude di Kabupaten tetangga yakni Kepulauan Sangihe ini memiliki beberapa sebutan berbeda tergantung wilayahnya. Acara adat seperti ini di Miangas disebut dengan Manuru’u Tonna, sementara di beberapa wilayah lain bernama Mandurugu Tonna atau Mandulugu Tonna. (Adhi Teguh)

0 comments

    Leave a Reply