April 26, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Inilah Alasan Mengapa 22 Desember Diperingati Sebagai Hari Ibu

IVOOX.id, Jakarta -- Hari Ibu diperingati setiap tanggal 22 Desember. Peringatan dan perayaan biasanya dilakukan dengan membebas tugaskankan ibu dari tugas domestik yang sehari-hari dianggap merupakan kewajibannya, seperti memasak, merawat anak, dan urusan rumah tangga lainnya.


Di Amerika dan lebih dari 75 negara lain seperti Australia, Kanada, Jerman, Italia, Taiwan, dan Hong Kong, Hari Ibu dirayakan pada hari Minggu di pekan kedua bulan Mei. Sedangkan di Indonesia Hari Ibu dirayakan pada tanggal 22 Desember dan ditetapkan sebagai perayaan nasional.


Dalam memperingati Hari Ibu, tak sedikit ingin tahu terkait sejarah atau asal usul peringatan Hari Ibu di Indonesia. Dalam sejarahnya, peringatan Hari Ibu di Indonesia ternyata sudah dimulai sejak sebelum kemerdekaan negara ini. Hari Ibu di Indonesia tercetus tidak jauh dari peran perempuan pada masa itu.


Hari Ibu di Indonesia dirayakan pada ulang tahun hari pembukaan Kongres Perempuan Indonesia yang pertama. Kongres Perempuan Indonesia yang pertama ini jatuh pada tanggal 22-25 Desember 1928 yang dilaksanakan di Yogyakarta, tepatnya di pendopo Dalem Jayadipuran milik Raden Tumenggung Joyodipoero.


Kongres ini dihadiri oleh wakil-wakil dari perkumpulannya Boedi Oetomo, PNI, Pemuda Indonesia, PSI, Walfadjri, Jong Java, Jong Madoera, Muhammadiyah, dan Jong Islamieten Bond. Tokoh-tokoh populer yang datang antara lain Mr. Singgih dan Dr. Soepomo dari Boedi Oetomo, Mr. Soejoedi (PNI), Soekiman Wirjosandjojo (Sarekat Islam), A.D. Haani (Walfadjri).


Sekitar 600 perempuan dari berbagai latar pendidikan dan usia hadir dalam kongres Perempuan Indonesia Pertama ini. Hampir seluruh kongres ini membicarakan relasi mengenai perempuan. 


Moega Roemah membahas soal perkawinan anak. Perwakilan Poetri Boedi Sedjati (PBS) dari Surabaya juga menyampaikan tentang derajat dan harga diri perempuan Jawa. Kemudian disusul Siti Moendji'ah dengan “Derajat Perempuan” dan Nyi Hajar Dewantara—istri dari Ki Hadjar Dewantara— yang membicarakan soal adab perempuan.


Namun, yang tak kalah pentingnya adalah pidato Djami dari organisasi Darmo Laksmi berjudul “Iboe”. Di awal pidatonya, ia menceritakan pengalaman masa kecilnya yang dipandang rendah karena menjadi seorang perempuan. Pasalnya, di masa kolonial, hanya anak laki-laki yang menjadi prioritas dalam mengakses pendidikan. 


Meskipun sudah dilaksanakan pada 1928, namun peringatan Hari Ibu belum langsung ditetapkan oleh pemerintah. Peringatan Hari Ibu pada 22 Desember baru ditetapkan pada Kongres Perempuan III pada 10 tahun kemudian, yakni 1938. Namun perayaan ini belum bersifat resmi. Baru pada 1953 melalui Dekrit Presiden Nomor 316 Presiden Soekarno resmi menetapkan 22 Desember sebagai Hari Ibu, hingga saat ini.


Mengutip dari laman Wikipedia, tanggal 22 Desember diresmikan oleh Presiden Soekarno di bawah Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959, pada ulang tahun ke-25 Kongres Perempuan Indonesia 1928.


Tanggal tersebut dipilih dengan tujuan untuk merayakan semangat wanita Indonesia dan meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara. Namun, semakin berkembangnya zaman, arti Hari Ibu dalam perayaannya banyak berubah.


Hari Ibu kini diperingati dengan menyatakan rasa cinta terhadap kaum ibu. Orang-orang saling bertukar hadiah dan menyelenggarakan berbagai acara dan kompetisi, seperti lomba memasak dan memakai kebaya. (Adhi Teguh)



0 comments

    Leave a Reply