October 4, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Ini Tentang Tocilizumab, Obat Rp 8 Juta yang Disebut Pasien COVID-19, Ampuh!

IVOOX.id, Jakarta - Seorang dokter bedah di Solo, Sriyanto, tak berhenti mengucap syukur karena telah melewati fase-fase berat dalam hidupnya saat terjangkit COVID-19. Ia dan anaknya mendapatkan perawatan selama 12 hari di RS Moewardi Solo.

Ia memiliki penyakit komorbid (penyerta) diabetes. Jadi perjuangannya untuk sembuh sangat luar biasa.

Ada dua obat yang disebut dokter Sriyanto yang berperan dalam proses penyembuhannya. Yakni 2 kantong plasma darah yang dipesannya dari Jakarta dan Tocilizumab.

"Di samping injeksi plasma, aku minta suntik Tocilizumab di hari ke-7 isolasi. Aku mengutamakan pengobatan medis daripada segala saran tak jelas tentang pengobatan alternatif. Saat kondisi kritis, aku berusaha berpikir logis. Bahwa pengobatan medis sudah teruji dibandingkan segala pengobatan lain yang baru sebatas katanya," urai dokter Sriyanto, Jumat (4/12).

Itulah mengapa aku ngotot minta suntikan Tocilizumab. Harga Tocilizumab Rp 8 juta. Alhamdulillah aku bisa mendapatkan 1 Tocilizumab yang sangat terasa khasiatnya itu.-Dokter Sriyanto

Menurut Sriyanto, Toclizumab sangat ampuh. Sehari setelah disuntik ia sudah bisa mengunyah pisang, padahal saat 6 hari dirawat Sriyanto sangat kesulitan mengunyah dan menelan.

Bahkan keesokan harinya setelah disuntik Tocilizumab, Sriyanto mengaku merasakan perubahan yang signifikan.

"Berdasarkan pengalaman selama isolasi kemarin, terbukti Tosilizumab dan plasma sangat cocok mengobati pasien COVID. Bahan pasien COVID yang memiliki komorbid diabetes," imbuhnya.

Lantas apa sebenarnya Tosilizumab itu? Apakah ia lazim digunakan untuk pasien COVID-19?

Kabar terbaru pada akhir November lalu yang dikutip dari Reuters, sebuah studi menemukan, pasien yang diberi obat Tosilizumab 87 persen menunjukkan gejala membaik dalam 28 hari. Tentu dibandingkan dengan pasien yang tidak diberi obat tersebut.

Tocilizumab merupakan produk farmasi yang diproduksi oleh perusahaan farmasi Swiss, Roche, dengan merek datang Actemra. Ia sebenarnya merupakan obat anti-inflamasi yang biasanya diberikan kepada penderita rheumatoid arthritis.

Rheumatoid Arthritis merupakan peradangan sendi akibat sistem kekebalan tubuh yang menyerang jaringannya sendiri. Umumnya, penderita penyakit ini merasakan nyeri sendi dan terdapat bengkak di bagian tubuhnya.

Untuk COVID-19, obat ini sebenarnya sudah mulai diuji klinis di China pada Februari lalu, meski hasilnya sampai sekarang belum diketahui. Sehingga ia tidak bisa disebut obat COVID-19.

Selain itu pada 12 Maret 2020, di tengah angka kematian akibat COVID-19 yang tinggi, pemerintah Iran juga mengumumkan ada beberapa pasien yang kondisinya dinyatakan membaik berkat Tocilizumab atau Actemra ini.

Kabar ini disampaikan oleh juru bicara Kementerian Kesehatan, Kianoush Jahanpour, pada Rabu (12/3), sebagaimana diberitakan Tehran Times. Menurut Jahanpour, Actemra telah diuji coba pada pasien positif corona yang menghuni rumah sakit di Kota Isfahan.

Saat diuji coba, obat itu terbukti bisa menurunkan gejala klinis yang dialami pasien virus corona dalam waktu 48 jam. Namun setelah itu, hingga kini belum ada kabar resmi lagi dari Iran apakah jadi merutinkan memberikan Tocilizumab ke pasien tertentu.

Sementara itu, dikutip dari The Star, Tocilizumab dapat diresepkan untuk pasien COVID-19 yang menunjukkan kerusakan paru-paru serius. Dan juga peningkatan kadar protein yang disebut Interleukin 6.

"Interleukin 6 dapat mengindikasikan peradangan atau penyakit imunologis," ungkapnya.

Dilansir Reuters, obat ini bekerja pada pasien virus corona dengan menghentikan badai sitokin. Atau reaksi berlebihan dari sistem kekebalan yang menyebabkan peradangan dan berpotensi fatal.

Efek Samping

Namun penggunaan obat ini benar-benar harus tepat sasaran. Sebab, pada Agustus 2019 lau BPOM pernah menyebut obat ini punya efek samping.

"Sebagai bentuk tanggung jawab industri farmasi dalam pengawasan aspek keamanan terhadap obat yang diproduksi dan diedarkannya, PT Roche Indonesia menerbitkan safety communication kepada tenaga kesehatan profesional terkait dengan risiko penting baru yang teridentifikasi yaitu risiko hepatotoksisitas pada penggunaan Actemra® (Tocilizumab)." demikian keterangan BPOM.

Cedera hati serius yang diinduksi obat, termasuk gagal hati akut, hepatitis, dan penyakit kuning yang membutuhkan transplantasi hati pada beberapa kasus telah diamati pada pemberian Tocilizumab.

"Walaupun frekuensi hepatotoksisitas serius ini dianggap jarang, pemantauan harus terus dilakukan ketika mempertimbangkan untuk memulai terapi menggunakan Tocilizumab pada pasien dengan nilai ALT dan AST di atas 1,5x batas atas normal, pasien dengan Rheumatoid Arthritis dan Polyarticular Juvenile Idiopathic Arthritis," tutup BPOM.

0 comments

    Leave a Reply