Inflasi Tetap Terkendali Meski Harga Pangan dan Energi Naik
IVOOX.id, Jakarta - Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Februari 2018 tetap terkendali dalam kisaran sasaran. Inflasi IHK pada Februari 2018 tercatat 0,17% (mtm), menurun dibandingkan dengan bulan lalu sebesar 0,62% (mtm).
Penurunan tersebut dipengaruhi oleh inflasi inti dan volatile food yang lebih rendah dari bulan sebelumnya, di tengah meningkatnya inflasi administered prices.
Dengan perkembangan tersebut, sampai dengan bulan Februari, inflasi IHK tercatat 0,79% (ytd) atau secara tahunan sebesar 3,18% (yoy), melambat dari bulan lalu sebesar 3,25% (yoy).
Inflasi inti kembali menurun. Inflasi inti tercatat sebesar 0,26% (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan lalu sebesar 0,31% (mtm). Komoditas utama penyumbang inflasi kelompok inti adalah emas perhiasan. Secara tahunan, inflasi inti tercatat sebesar 2,58% (yoy).
Perkembangan tersebut tidak terlepas dari konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar.
Inflasi kelompok volatile food juga menurun, meski terdapat tekanan dari harga beras. Inflasi volatile food tercatat sebesar 0,10% (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 2,58% (mtm).
Inflasi terutama bersumber dari komoditas beras, bawang putih, dan bawang merah. Secara tahunan, inflasi volatile food tercatat sebesar 3,10% (yoy).
Peningkatan inflasi kelompok administered prices bersumber dari kelompok energi. Inflasi administered price pada bulan Februari 2018 mencapai 0,07% (mtm) setelah mengalami deflasi sebesar 0,15% (mtm) pada bulan sebelumnya.
Inflasi terutama didorong oleh penyesuaian harga bensin nonsubsidi dan tarif listrik. Komoditas yang mengalami deflasi pada kelompok ini adalah angkutan udara dan bahan bakar rumah tangga. Secara tahunan, komponen administered prices mencatat inflasi sebesar 5,29% (yoy).
Ke depan, inflasi diperkirakan tetap berada pada sasaran inflasi 2018, yaitu 3,5%±1% (yoy). Koordinasi kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi akan terus diperkuat, terutama sebagai antisipasi risiko meningkatnya inflasi volatile food. (RR)
0 comments