April 27, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Indonesia Harus Waspadai Sektor Ekonomi, Ini Indikatornya !

IVOOX.id, Jakarta – Beberapa Indikator Perekonomian mengalami perlemahan. Semua sepakat Indonesia harus mewaspadai pernurunan perekonomiannya.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bahkan telah melihat pertanda penurunan ekonomi Indonesia. Berikut IVOOX.id merangkumnya.

Tekanan Terhadap Pendapatan Negara

Berdasarkan data APBN KiTa, Jumat (17/5), pendapatan negara per April ini hanya Rp 530,7 triliun, tumbuh hanya 0,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 528,1 triliun.

Hal ini sangat kontras dibandingkan dengan, pertumbuhan pendapatan negara pada April 2018 tumbuh hingga 13,3 persen. Apalagi jika melihat April 2017, pendapatan negara mampu tumbuh hingga 20,5 persen.

Hal ini dikarenakan penerimaan perpajakan (pajak dan bea cukai) juga anjlok. Hingga akhir April 2019, perpajakan hanya mencapai Rp 530,4 triliun, tumbuh 0,6 persen dari periode yang sama tahun lalu.

Dibandingkan tahun lalu, besar penerimaan yang hanya Rp 527,1 triliun, perpajakan mampu tumbuh hingga 13,2 persen. Bahkan di April 2017, perpajakan mencapai Rp 465,8 triliun atau tumbuh 20,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Untuk realisasi pajak yang dikelola oleh Ditjen Pajak (nonmigas), hingga akhir bulan lalu mencapai Rp 364,8 triliun atau hanya tumbuh 0,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Padahal di April 2018, pajak nonmigas mampu tumbuh 11,5 persen dan di April 2017 mampu tumbuh hingga 16,9 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Sementara untuk pajak migas mencapai Rp 22,2 triliun atau tumbuh 5,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya tumbuh 0,7 persen.

Nilai Investasi Yang Melemah

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) juga mencatat bahwa nilai investasi di Indonesia pada periode sama juga tumbuh melemah. Jika sebelumnya laju pertumbuhan investasi sebesar 6% pada akhir 2018, kini justru hanya mampu menyentuh 5,03% pada akhir April 2019.

Kementerian Keuangan menyebutkan bahwa kontribusi sektor industri primer ke perekonomian melemah untuk sektor pertanian, karena ada pergeseran masa panen. Sedangkan untuk sektor sekunder, Sri Mulyani mengatakan ada penurunan pada sektor konstruksi.

Belanja Negara Naik Tipis

Dipotret dari belanja negara, per April mampu tumbuh Rp 631,78 triliun atau tumbuh 8,4 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun kenaikan ini terbilang rendah

Belanja pemerintah pusat mengalami perlambatan sebesar Rp 370 triliun atau tumbuh 11,8 persen, dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tumbuh hingga 22,8 persen.

Belanja pegawai sebesar Rp 113,7 triliun, tumbuh 11,9 persen. Lebihdisebabkan adanya kenaikan gaji PNS sebesar 5 persen sejak awal tahun ini, yang baru dicairkan selama April. Belanja pegawai tinggi, karena adanya tukin, kenaikan gaji.

Melebarnya Defisit APBN

Kemanterian Keuangan mengungkapkan realisasi defisit anggaran hingga akhir April 2019 mencapai Rp 101 triliun atau mencapai 0,63 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Terjadi pelebaran defisit dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 54,9 triliun atau 0,37 persen terhadap PDB.

Hal ini merupakan salahsatu dampak dari adanya tekanan terhadap pendapatan negara. Hasilnya adalah defisit anggaran yang lebih tinggi dari tahun lalu.

Defisit tersebut didapatkan karena realisasi pendapatan negara hingga bulan mencapai Rp 530,7 triliun, tumbuh 24,5 persen dari target dalam APBN 2019 yang sebesar Rp 2.165,1 triliun. Pendapatan negara itu juga naik 0,5 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 528,1 triliun.

Ekspor dan Impor Tercatat Negatif

Ekspor negatif dan impor juga mencatatkan hasil negative secara year on year (YOY). Ini sangat berbeda dengan tahun lalu di mana ekspor tumbuh hampir 6%.

Nilai ekspor Indonesia Maret 2019 mencapai US$14,03 miliar atau meningkat 11,71 persen dibanding ekspor Februari 2019. Sementara jika dibanding Maret 2018 menurun 10,01 persen.

Ekspor nonmigas Maret 2019 mencapai US$12,93 miliar, naik 13,00 persen dibanding Februari 2019. Sementara dibanding ekspor nonmigas Maret 2018, turun 9,23 persen.

Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari–Maret 2019 mencapai US$40,51 miliar atau menurun 8,50 persen dibanding periode yang sama tahun 2018, demikian juga ekspor nonmigas mencapai US$37,07 miliar atau menurun 7,83 persen.

nilai impor Indonesia Maret 2019 mencapai US$ 13,49 miliar atau naik 10,31 persen dibanding Februari 2019, namun bila dibandingkan Maret 2018 turun 6,76 persen.

Impor nonmigas Maret 2019 mencapai US$ 11,95 miliar atau naik 12,24 persen dibanding Februari 2019 dan turun 2,29 persen jika dibanding Maret 2018.

Impor migas Maret 2019 mencapai US$ 1,54 miliar atau turun 2,70 persen dibanding Februari 2019, demikian juga apabila dibandingkan Maret 2018 turun 31,17 persen.

Peningkatan impor nonmigas terbesar Maret 2019 dibanding Februari 2019 adalah golongan mesin dan peralatan listrik sebesar US$ 211,2 juta (17,04 persen), sedangkan penurunan terbesar adalah golongan kapal laut dan bangunan terapung sebesar US$ 47,8 juta (67,32 persen).

 

Laju pertumbuhan ekonomi kuartal I-2019 yang mencapai 5,07%, menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, lebih baik dari kuartal pertama di tahun-tahun sebelumnya. Namun ada kewaspadaan yang perlu diperhatikan

Sri juga menghimbau untuk terrap waspada terhadap kondisi ekonomi global dan dalam negeri, yang menurutnya memerlukan perhatian khusus.

0 comments

    Leave a Reply