April 16, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

MNC Sekuritas

Harga SUN Variatif Dengan Potensi Menguat

IVOOX.id, Jakarta - MNC Sekuritas memperkirakan bahwa pada perdagangan hari ini, Rabu (19/12) harga Surat Utang Negara masih bergerak dengan arah perubahan yang bervariasi, dengan peluang mengalami kenaikan yang didukung oleh faktor penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika.

I Made Adi Saputra, Kepala Divisi Riset Fixed Income MNC Sekuritas, mengatakan bahwa mata uang dollar Amerika kembali mengalami pelemahan terhadap mata uang utama dunia jelang berakhirnya FOMC Meeting pada hari ini waktu setempat.

Kondisi tersebut dalam jangka pendek akan menjadi katalis positif bagi mata uang negara - negara berkembang.

"Hanya saja, volume perdagangan kami perkirakan masih akan terbatas di tengah pelaku pasar yang masih menahan diri untuk melakukan transaksi jelang berakhirnya FOMC Meeting dan pelaksanaan RDG Bank Indonesia," katanya dalam riset harian, Rabu (19/12/2018).

Selain itu, jelang libur di awal pekan depan, akan turut memengaruhi minat investor untuk melakukan transaksi pada perdagangan hari ini.

Dengan masih bervariasinya arah perubahan harga, Made menyarankan kepada investor untuk melakukan strategi trading jangka pendek guna mengoptimalkan potensi kenaikan harga jelang berakhirnya FOMC Meeting.

Beberapa seri yang dilihat cukup menarik untuk diperdagangkan adalah seri - seri berikut ini FR0063, FR0070, FR0056, FR0073, FR0058, FR0068 dan FR0072.

Adapun strategi Sell on Strength dapat dilakukan pada seri FR0077, FR0078, FR0064 dan FR0065.

Review (Selasa, 18 Desember 2018)

Harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari Selasa, 18 Desember 2018 bergerak denagn arah perubahan bervariasi dengan kecenderungan mengalami kenaikan seiring dengan meredanya tekanan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika.

Perubahan harga yang terjadi hingga mencapai 70 bps yang mendorong terjadinya perubahan tingkat imbal hasil hingga sebesar 8 bps dengan rata - rata mengalami perubahan sebesar 2,5 bps.

Harga Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami perubahan hingga sebesar 8 bps yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkat imbal hasil hingga sebesar 4 bps.

Sedangkan kenaikan harga yang berkisar antara 15 bps hingga 30 bps telah mendorong penurunan tingkat imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah yang berkisar antara 4,5 bps hingga 5,5 bps.

Sementara itu, harga Surat Utang Negara dengan tenor panjang mengalami perubahan harga yang bervarisi dengan perubahan hingga sebesar 70 bps yang mendorong terjadinya perubahan tingkat imbal hasil hingga sebesar 8 bps.

Dari Surat Utang Negara seri acuan, perubahan harga yang terjadi juga bervariasi, dimana untuk tenor 5 tahun mengalami kenaikan sebesar 15 bps yang mendorong penurunan tingkat imbal hasil sebesar 4,5 bps di level 7,994% dan untuk tenor 10 tahun mengalami kenaikan harga sebesar 20 bps yang menyebabkan terjadinya penurunan tingkat imbal hasil sebesar 3 bps di level 8,075%.

Sementara itu, pada seri acuan dengan tenor 20 tahun mengalami kenaikan sebesar 25 bps yang menyebabkan penurunan imbal hasil sebesar 2,5 bps di level 8,431%.

Adapun untuk seri acuan dengan tenor 15 tahun mengalami penurunan harga yang kurang dari 5 bps sehingga tingkat imbal hasilnya relatif tidak banyak mengalami perubahan di level 8,266%.

Pergerakan harga Surat Utang Negara yang cenderung mengalami kenaikan pada perdagangan kemarin didukung oleh meredanaya tekanan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditengah melemahnya mata uang dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia jelang pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika (FOMC Meeting).

Namun demikian, kenaikan harga yang terjadi pada perdagangan kemarin tidak diikuti oleh meningkatnya volume perdagangan dikarenakan pelaku pasar yang masih menahan diri untuk melakukan transaksi jelang pelaksanaan FOMC Meeting dan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia.

Pergerakan harga Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika masih menunjukkan tren kenaikan seiring dengan penurunan imbal hasil US Treasury dan terus membaiknya persepsi risiko di tengah gejolak yang terjadi di pasar keuangan global.

Kenaikan harga terjadi pada hampir keseluruhan seri Surat Utang Negara dengan kenaikan harga yang cukup besar didapati pada tenor di atas 15 tahun.

Harga INDO23 mengalami kenaikan sebesar 18 bps yang mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasil sebesar 5 bps di level 4,121%.

Sementara itu, INDO28 mengalami kenaikan harga sebesar 25 bps yang menyebabkan penurunan imbal hasil sebesar 3,5 bps di level 4,505%.

Adapun untuk INDO43 mengalami kenaikan harga sebesar 47,50 bps sehingga tingkat imbal hasilnya mengalami penurunan sebesar 3,5 bps di level 5,142%.

Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp6,23 triliun dari 37 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp637,54 miliar.

Obligasi Negara seri FR0077 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp723,15 miliar dari 24 kali transaksi di harga rata - rata 101,17% yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0071 senilai Rp701,74 miliar dari 11 kali transaksi di harga rata - rata 104,79%.

Adapun Surat Perbendaharaan Negara seri SPNS11012019 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp159,00 miliar dari 3 kali transaksi di harga rata - rata 99,67% yang diikuti oleh perdagangan Project Based Sukuk seri PBS019 senilai Rp54,00 miliar dari 9 kali transaksi di harga rata - rata 100,69%.

Dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp2,26 triliun dari 84 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan.

Obligasi Berkelanjutan III Medco Energi Internasional Tahap II Tahun 2018 Seri A (MEDC03ACN2) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp381,20 miliar dari 9 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan III Bank OCBC Tahap I Tahun 2018 seri A (NISP03ACN1) senilai Rp150,00 miliar dari 6 kali transaksi.

Sedangkan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I Bank Maybank Indonesia Tahap II Tahun 2016 (SMBNII01CN2) menjadi sukuk korporasi dengan volume perdagangan terebsar, senilai Rp77,00miliar dari 2 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I Astra Sedaya Finance Tahap I Tahun 2018 Seri A (SMASDF01ACN1) senilai Rp67,00 miliar dari 2 kali transaksi.

Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup dengan penguatan sebesar 79,00 pts (0,54%) di level 14501,00 per dollar Amerika.

Seiring dengan pergerakan mata uang regional yang cenderung mengalami penguatan terhadap dollar Amerika, pergerakan nilai tukar rupiah pada perdagangan kemarin juga mengalami penguatan sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14480,00 hingga 14561,00 per dollar Amerika.

Mata uang rupee India (INR) memimpin penguatan mata uang regional, sebesar 1,09% yang diikuti oleh mata uang rupiah dan yen Jepang (JPY) sebesar 0,40%. Mata uang regional yang terlihat mengalami pelemahan adalah peso Philippina (PHP) sebesar 0,17% dan dollar Hong Kong (HKD) sebesar 0,10%.

Imbal hasil surat utang global ditutup dengan kecenderungan mengalami penurunan di tengah volatilitas yang terjadi di pasar keuangan global serta jelang berakhirnya agenda rapat dewan gubernur dari beberapa bank sentral. Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun masing - masing ditutup dengan penurunan di level 2,805% dan 3,064% ditengah pelaku pasar yang menantikan hasil FOMC Meeting.

Adapun imbal hasil surat utang Inggris ditutup dengan mengalami kenaikan di level 1,28% setelah sempat turun ke level 1,23%. Sementara itu imbal hasil surat utang Jepang dan Jerman ditutup dengan mengalami penurunan, masing - masing di level 0,019% dan 0,24%.

0 comments

    Leave a Reply