May 4, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Harga Rendah, Laju Pasar Obligasi Diharapkan Positif Sepekan ke Depan

IVOOX.id, Jakarta - Pergerakan pasar obligasi dalam sepekan ke depan secara tren dan sentimen diharapkan dapat berbalik positif seiring telah rendahnya sejumlah harga obligasi.

Pergerakan rupiah yang masih menyimpan potensi pelemahan dapat menghalangi peluang pasar obligasi untuk dapat berbalik positif. "Diharapkan pasar obligasi dalam negeri dapat kembali menemukan peluang rebound meski kenaikan ini kembali harus diuji ketahanannya," kata Reza Priyambada, analis senior Binaartha Sekuritas di Jakarta, Minggu (6/5/2018).

Untuk itu, Reza menyarankan para pemodal untuk tetap mencermati pergerakan imbal hasil obligasi global selanjutnya dan sejumlah sentimen makro yang dapat mempengaruhi pasar obligasi global dan antisipasi masih adanya pelemahan lanjutan.

Spread yield obligasi Indonesia dan US Treasury tenor 10Y diperkirakan Reza, masih akan bergerak di kisaran 490-410 bps yang menandakan masih adanya risiko dari sentimen makroekonomi.

"Diperkirakan rentang imbal hasil obligasi SUN internal akan berada dalam kisaran ± 3-4,8 bps (5,50%-7,40%). Tetap cermati berbagai sentimen yang dapat membuat pasar obligasi kembali melemah," ujarnya seraya mewanti-wanti.

Dalam sepekan terakhir, meski laju rupiah terdepresiasi namun, tidak membuat laju pasar obligasi turut melemah di awal pekan. Justru sebaliknya di mana kembali bergerak positif.

Aksi beli terbatas pada pasar obligasi dan bertahannya imbal hasil obligasi AS di awal pekan dimana tidak mengalami kenaikan turut membantu positifnya pasar obligasi.

Pergerakan rupiah yang cenderung kembali melemah memberikan imbas negatif pada pasar obligasi. "Adanya rilis inflasi yang dinilai positif tidak cukup mampu mengangkat pasar obligasi. Ditambah dengan aksi antisipasi terhadap pertemuan The Fed makin membuat pasar obligasi dalam negeri kian tenggelam," tuturnya.

Pergerakan rupiah yang masih dalam pelemahannya memberikan imbas negatif pada pasar obligasi di mana pelaku pasar kembali melakukan aksi jualnya sehingga membuat laju sejumlah pasar obligasi masih berada di zona merah.

Meski dalam pertemuan The Fed, kembali mempertahankan tingkat suku bunganya namun, belum cukup kuat menahan pelemahan pasar obligasi dalam negeri.

Di pekan kemarin, secara mingguan pergerakan imbal hasil masih tercatat variarif turun. Pergerakan yield untuk masing-masing tenor ialah untuk tenor pendek (1-4 tahun) rata-rata mengalami kenaikan imbal hasil 6,45 bps; tenor menengah (5-7 tahun) turun -6,95 bps; dan panjang (8-30 tahun) turun -2,92 bps.

Pada obligasi korporasi, kembali mengalami kenaikan. Imbal hasil obligasi dengan dengan rating AAA yang di pekan sebelumnya di kisaran 8,90%-8,97% untuk tenor 9-10 tahun namun, di pekan kemarin bergerak di 8,93%-8,99%.

Pada rating AA, di level di level 9,32%-9,39% dari sebelumnya 9,12%-9,20%; rating A naik tipis di kisaran 10,62%-10,88% dari sebelumnya 10,55%-10,80%; dan pada rating BBB dirilis di 13,02%-13,08% dari sebelumnya 13,02%-13,07%. Dari sisi makroekonomi, laju pasar obligasi banyak dipengaruhi kondisi eksternal.

Pada pekan ini, lelang surat utang negara (SUN) akan dilaksanakan pada Selasa (8/5/2018) di mana pemerintah akan menawarkan lima seri obligasi negara.

Adapun jumlah indikatif SUN yang dilelang sebesar Rp17 triliun dengan target maksimal Rp25,5 triliun. Kelima seri obligasi itu adalah sebagai berikut:

1. Seri SPN12180809 (penerbitan kembali) dengan pembayaran imbal hasil secara diskonto dan jatuh tempo 9 Agustus 2018;

2. Seri SPN12190510 (penerbitan baru) dengan pembayaran imbal hasil diskonto dan jatuh tempo 10 Mei 2019;

3. Seri FR0063 (penerbitan kembali) dengan tingkat imbal hasil 5,625 persen dan jatuh tempo 15 Mei 2023;

4. Seri FR065 (penerbitan kembali) dengan tingkat imbal hasil 5,63 dan jatuh tempo 15 Mei 2023; dan

5. Seri FR075 (penerbitan kembali) dengan tingkat imbal hasil 7,50 persen dan jatuh tempo 15 Mei 2038. (jaw)

0 comments

    Leave a Reply