April 20, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Faktor Eksternal Jadi Kambing Hitam, BI tak Rela Disebut Telat Naikkan Suku Bunga Acuan

IVOOX.id, Jakarta - Anggapan yang menyebutkan Bank Sentral terlambat menaikkan suku bunga acuan (behind the curve) sehingga nilai tukar rupiah pada Jumat ini tetap bergerak melemah dibantah oleh Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo.

Agus mengatakan, rupiah yang masih depresiatif pada Jumat ini karena tekanan eskternal yang semakin besar. "Penyebabnya adalah ekspetasi kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserve, Bank Sentral AS pada Juni 2018 yang akhirnya mendorong kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun," katanya di Jakarta, Jumat (18/5/2018).

Kemudian juga, kata dia, tekanan ekonomi internal karena membengkaknya defisit perdagangan hingga US$1,6 miliar periode April 2018.

"Jadi kalau ada tekanan di rupiah, kami lihat ini sesuatu yang dalam hal karena faktor eksternal dan juga faktor internal," timpal Agus.

Agus menegaskan langkah yang diambil BI selalu selangkah lebih maju ke depan atau "ahead the curve" untuk mengantisipasi tekanan terhadap inflasi dan stabilitas perekonomian domestik.

Kenaikan suku bunga acuan "7-Day Reverse Repo Rate" pada Rapat Dewan Gubernur 16-17 Mei 2018 kemarin, kata Agus, karena tekanan eksternal yang semakin deras dan bisa menggangu pencapaian sasaran inflasi jika tidak direspon dengan kenaikan suku bunga acuan.

"Di Mei 2018, kita lihat eksternal ada kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS, US Treasury, tensi perdagangan antara AS dan China, keluarnya AS dari kesepakatan nuklir. Dan kalau kita lihat, sebenarnya inflasi sesuai arahan kita hingga Mei di 2,5-4,5 persen (yoy), tapi kita mau jaga inflasi kita stabiltas agar terus terjaga," ujar dia.

Agus menegaskan arah kebijakan moneter BI saat ini adalah netral. Namun, kata Agus, Bank Sentral siap menerapkan langkah kebijakan moneter yang lebih kuat termasuk penyesuaian kembali suku bunga acuan untuk memastikan stabilitas perekonomian terjaga.

"Kalau seandainya kita keluarkan bauran kebijakan seperti sekarang ini, kalau kondisi mengharuskan untuk kami kembali melakukan penyesuaian, maka kami tidak ragu," kata Agus.

Setelah BI menaikkan suku bunga acuan pada Kamis (17/5) kemarin sebesar 0,25 persen menjadi 4,5 persen, nilai tukar rupiah belum menunjukkan penguatan. Nilai rupiah pada Jumat pagi yang ditransaksikan antarbank melemah sebesar 61 poin menjadi Rp14.106 dibanding posisi sebelumnya Rp14.045 per dolar AS.

Kurs Acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate yang diumumkan BI juga menunjukkan rupiah melemah menjadi Rp14.107 per dolar AS pada Jumat ini dibanding Kamis (17/5/2018) yang sebesar Rp14.074 per dolar AS. (jaw)

0 comments

    Leave a Reply