October 1, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Empat Tahun Jadi Ketua LSF, Rommy Fibri Benahi Tiga Hal Krusial

IVOOX.id - Rommy Fibri Hardiyanto mengungkap perjalanannya membawa Lembaga Sensor Film (LSF) selama menjabat sebagai ketua di periode 2020-2024. 

Menurutnya pola kenggotaan LSF pada masa itu masih terbilang baru dan banyak yang harus dibenahi baik di internal maupun eksternal LSF.

Pasalnya kata dia LSF baru saja beberapa tahun mengubah pola keanggotaan yang mulanya bersifat paruh waktu menjadi keanggotaan yang sifatnya tetap berdasarkan hasil uji kelayakan dan kepatutan.

"Ibarat organisasi yang masih bayi, karena sebelum 2015 keanggotaan LSF itu sifatnya part time atau paruh waktu, kemudian anggotanya perwakilan dari unsur kementerian, lembaga, organisasi kemasyarakatan, organisasi keagamaan ada 45," katanya. 

Ketua Lembaga Sensor Film (LSF) Rommy Fibri Hardiyanto di Kantor LSF Jakarta, Rabu (31/1/2024). IVOOX/Budi Yanto

Ketua Lembaga Sensor Film (LSF) Rommy Fibri Hardiyanto di Kantor LSF Jakarta, Rabu (31/1/2024). IVOOX/Budi Yanto

Barulah pada 2015 kata Rommy, LSF pertama kalinya mengubah pola keanggotaan menjadi bersifat komisioner dan tetap berdasarkan hasil tes uji kelayakan dan kepatutan.

"Kemudian dipilih menjadi 17 (anggota), 12 mewakili masyarakat dan 5 mewakili kementerian. Nah itu baru pertama 2015-2020," sambungnya. 

Sehingga diakuinya pada masa itu sebagai organisasi dengan pola keanggotaan yang baru masih banyak trial and error yang memang perlu dibenahi.

Lantas ketika Rommy secara resmi dilantik menjadi ketua LSF periode 2020-2024 tepatnya beberapa tahun setelah perubahan pola keanggotaan, dia mengaku mulai membenahi tiga hal krusial baik secara internal maupun secara eksternal.

"Beruntung saya sempat menjadi anggota di periode pertama, sehingga saya belajar banyak, saya mendapat banyak inspirasi dan informasi mengenai lembaga LSF ini dari dalam, sehingga apa yang saya lakukan adalah mapping," katanya.

"Nah pada saat itu ada hal yang cukup krusial pertama adalah pembenahan di faktor internal kedua eksternal dan ketiga tentang branding kelembagaan," lanjut Rommy.

Ketua Lembaga Sensor Film (LSF) Rommy Fibri Hardiyanto di Kantor LSF Jakarta, Rabu (31/1/2024). IVOOX/Budi Yanto

Ketua Lembaga Sensor Film (LSF) Rommy Fibri Hardiyanto di Kantor LSF Jakarta, Rabu (31/1/2024). IVOOX/Budi Yanto

Rommy mengatakan permasalahan internal yang pertama kali dia benahi yakni masa-masa transisi pola keanggotaan yang baru saja terbentuk. Dia bersyukur lantaran memiliki anggota yang terbilang solid dan paham pada tugasnya masing-masing. 

"Nah di 2020 itu yang coba saya lakukan, karena kendali bukan lagi ada di kesekretariatan, ini terletak pada anggotanya di mana anggota itu isinya ketua wakil dan anggota," ungkap Rommy.

Selanjutnya Rommy mengatakan permasalahan krusial yang kedua yakni di eksternal, yang mana menurutnya pada masa itu LSF dianggap kurang bersahabat dengan stakeholder perfilman. Karena LSF kata dia masih dipandang sangat kaku. 

"Di eksternal pada saat itu LSF masih dianggap sebagai lembaga yang tidak hangat, kurang bersahabat pada teman-teman film, kami benahi, kami berpikiran bahwa LSF ini tidak boleh lagi menjadi penafsir tunggal kebenaran dalam hal audio visual adegan film." katanya.

Ketua Lembaga Sensor Film (LSF) Rommy Fibri Hardiyanto di Kantor LSF Jakarta, Rabu (31/1/2024). IVOOX/Budi Yanto

Ketua Lembaga Sensor Film (LSF) Rommy Fibri Hardiyanto di Kantor LSF Jakarta, Rabu (31/1/2024). IVOOX/Budi Yanto

LSF kemudian mencoba merangkul stakeholder perfilman dan mencoba memahami argumen-argumen yang diberikan berkaitan dengan penyensoran. Rommy meyakini para sutradara memiliki maksud dan alasan tertentu mengapa membuat adegan film tertentu.

"Yang membuat film itu tentu punya maksud tertentu kenapa mereka memberi adegan ini, kenapa adegannya di sini, kenapa dialognya begitu, pasti ada argumennya, nah sehingga secara eksternal ini harus dibenahi dan dirangkul," jelas Rommy.

Sementara permasalahan ketiga kata Rommy yakni branding LSF di mata publik. Menurutnya LSF saat ini sudah menjadi lembaga yang mengedepankan dialog sehingga sangat terbuka dengan masukan-masukan yang ada. 

"Lembaga yang memang melayani publik. Kita sebenarnya mengedepankan dialog, maka itu yang kami coba kerjakan, kami sampaikan kepada publik bahwa LSF ini polanya sudah dialog, udah terbuka sudah sangat milenial," ungkapnya.

0 comments

    Leave a Reply