April 24, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Ekonomi Belum Kondusif, Belanja Modal 2017 Kino Indonesia Diturunkan 68%

iVooxid, Jakarta - Manajemen PT Kino Indonesia Tbk (KINO) menganggarkan belanja modal sebesar Rp80 miliar untuk operasional bisnis pada 2017. Jika dibandingkan alokasi tahun ini sebesar Rp250 miliar, maka belanja modal perusahaan industri makanan, minuman, obat-obatan dan kosmetik tersebut pada tahun depan terlihat lebih rendah 68%.

“Kondisi perekonomian pada tahun depan diperkirakan masih belum kondusif sehingga kami memutuskan untuk tidak melakukan ekspansi usaha. Akibatnya, pertumbuhan usaha kami tahun depan bakal terlihat konservatif,” ujar Harry Sanusi, Direktur Utama KINO.

Harry mengemukakan, karena itu perseroan mengalokasikan nilai belanja modal untuk 2017 lebih kecil dibandingkan 2016. Selain karena kondisi perekonomian yang belum kondusif, penurunan alokasi belanja modal tersebut juga dikarenakan perseroan sudah melakukan investasi untuk keperluan operasional di sepanjang 2016.

“Investasi untuk keperluan operasional pada 2016 ini diperkirakan cukup untuk mendukung operasional perseroan pada tahun depan karena utilitas mesin-mesin produksi perseroan hingga kini baru mencapai sekitar 60%,” tutur Harry.

Kegiatan bisnis perseroan yang utama adalah industri barang-barang konsumen yang diintegrasikan dengan kegiatan distribusi produk-produk pemeliharaan dan perawatan tubuh, dengan merek utama Ellips, Resik-V dan Ovale; makanan bermerek Kino Candy, Snackit dan Segar Sari; minuman bermerek Cap Kaki Tiga, Panda dan Panther; dan barang-barang farmasi yang meliputi tiga macam produk balsam dan obat batuk Cap Kaki Tiga.

Per September 2016, laba bersih Kino Indonesia hanya tumbuh 0,67% menjadi Rp184,64 miliar dibanding periode yang sama 2015 sebesar Rp183,41 miliar. Pertumbuhan laba bersih yang tipis itu dikarenakan penjualannya sepanjang periode tersebut hanya naik sebesar 2,72% menjadi Rp2,72 triliun dibanding per September 2015 sebesar Rp2,64 triliun.

Meski demikian, perseroan sepanjang Januari-September 2016 mengalami laba selisih kurs mata uang asing sebesar Rp386,22 juta. Pada periode yang sama 2015, perseroan mengalami rugi selisih kurs Rp7,34 miliar.[abr]

0 comments

    Leave a Reply