November 18, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Ekonom Prediksi Adanya Injeksi Likuiditas Jelang Pemilu

IVOOX.id - Kondisi politik dan moneter global akan menjadi dua tema utama yang akan mempengaruhi perekonomian Indonesia di tahun 2024. Terutama, Pemilihan Umum atau Pemilu serentak yang akan datang dapat memiliki dampak campuran pada pertumbuhan dan indikator makroekonomi lainnya di tahun tersebut.


“Pada satu sisi, Indonesia akan menggelar pemilu serentak pertamanya, dari tingkat nasional hingga tingkat kota. Dampaknya adalah injeksi uang besar-besaran ke dalam ekonomi yang dipicu oleh pengeluaran kampanye dan pengeluaran publik lainnya yang didorong oleh kebijakan politik. Dampak positif dari peristiwa ini adalah adanya stimulus signifikan terhadap konsumsi domestik sepanjang tahun 2024, ” Ujar Teuku Riefky, Ekonom LPEM FEB UI dalam keterangan tertulis yang diterima IVOOX , umat (3/11/2023).

Namun, di sisi lain, masa transisi yang panjang hingga administrasi berikutnya mengambil alih tampaknya akan memperpanjang sikap "wait-and-see" oleh sektor swasta, yang bisa menghambat pertumbuhan kredit dan investasi.

Selain itu, kondisi moneter global yang ketat dan inflasi tinggi di beberapa negara maju telah mendorong bank sentral utama untuk menciptakan suku bunga yang tinggi. Dampaknya adalah aliran modal keluar dari pasar-pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, dan mata uang mereka mengalami depresiasi yang cepat.

Sebagai respons, Bank Indonesia (BI) "terpaksa" untuk secara aktif campur tangan di pasar valuta asing dan bahkan menaikkan suku bunga kebijakan untuk menstabilkan volatilitas mata uang.

Pada tahun 2024, kebijakan moneter BI mungkin akan sangat dipengaruhi oleh kebijakan yang diambil oleh The Federal Reserve (Fed) Amerika Serikat.

Namun, kebijakan moneter yang ketat dari bank sentral utama juga telah melemahkan permintaan global dan menurunkan harga komoditas, yang dapat berdampak pada performa perdagangan Indonesia.

Sebagai negara yang sangat bergantung pada harga komoditas dalam perdagangan internasionalnya, Indonesia dapat menghadapi risiko yang lebih tinggi.

Selain itu, depresiasi mata uang Indonesia dapat meningkatkan risiko inflasi impor, mengingat sebagian besar impor Indonesia adalah barang modal dan bahan baku. Hal ini dapat meningkatkan biaya produksi domestik, mengancam performa sektor manufaktur dan pertumbuhan investasi di masa depan.

“Terlepas dari berbagai tantangan ini, terlihat bahwa pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia diproyeksikan tumbuh sebesar 5,1% (tahun ke tahun) pada tahun 2024, yang relatif stabil dibandingkan dengan proyeksi yang telah direvisi untuk tahun 2023," ungkapnya.

Selama setengah pertama tahun 2023, Indonesia telah mencatat kinerja ekonomi yang signifikan dengan pertumbuhan sebesar 5,17% (tahun ke tahun) di Kuartal II-2023. Meskipun ada potensi risiko dari dalam dan luar negeri, pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini dalam tren naik.

“Dalam konteks pemilihan umum, penting untuk memahami bahwa pemilihan dapat memiliki dampak signifikan pada kebijakan, hukum, dan regulasi. Kebijakan politik dapat berfluktuasi seiring dengan motivasi incumbents untuk menggunakan instrumen kebijakan ekonomi guna memenangkan pemilihan kembali. Namun, hal ini juga dapat memiliki konsekuensi negatif pada stabilitas makroekonomi dan keberlanjutan fiskal,” Teuku menambahkan.

Oleh karena itu, menjaga stabilitas kepercayaan konsumen, tingkat harga, dan nilai tukar menjadi hal yang sangat penting untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi jangka pendek di tengah ketidakpastian masa depan.

Melalui pemahaman mendalam tentang korelasi antara peristiwa pemilihan dan kebijakan makroekonomi, Indonesia dapat mengatasi berbagai tantangan ini dengan bijaksana.

0 comments

    Leave a Reply