April 25, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Duh, Neraca Perdagangan Juli Defisit USD2,03 Miliar...

IVOOX.id, Jakarta - Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2018 mengalami defisit hingga sekitar 2,03 miliar dolar AS.

"Kami berharap akan ada perbaikan segera, sehingga apa yang terjadi pada 2017, kita mencapai surplus itu dapat terjadi (lagi pada 2018)," kata Kepala BPS Kecuk Suhariyanto dalam paparan Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia Juli 2018 di Kantor BPS, Jakarta, Rabu (15/8).

Nilai ini diperoleh dari posisi neraca ekspor yang tercatat sebesar US$16,24 miliar atau lebih rendah dibandingkan nilai neraca impor sebesar US$18,27 miliar.

Suhariyanto menyatakan defisit pada Juli 2018 karena berasal dari neraca migas dan nonmigas yang mencapai defisit pada bulan ini. "Kami masih berharap ke depannya neraca perdagangan akan surplus karena akan sangat berpengaruh kepada pertumbuhan ekonomi," ujar Suhariyanto.

Nilai ekspor pada Juli sebesar US$16,24 miliar ini meningkat 25,19% jika dibandingkan Juni 2018, dan naik 19,33% dari posisi Juli 2017 sebesar US$13,61 miliar. "Pergerakannya selalu terjadi habis Lebaran meningkat," tegas Suhariyanto.

Berdasarkan sektornya, komoditas pertanian meningkat 49,86% menjadi US$300 juta dibandingkan dengan bulan sebelumnya, seiring dengan peningkatan kopi, rumput laut, dan tembakau. Secara tahunan, sektor pertanian membukukan pertumbuhan negatif sebesar -6,52%.

Industri pengolahan tumbuh 37,84% dari bulan sebelumnya menjadi US$11,79 miliar didorong oleh naiknya ekspor minyak kelapa sawit, pakaian jadi, besi baja, dan kendaraan roda empat. Secara tahunan, industri pengolahan naik 15,13% didorong oleh ekspor kimia, besi baja, dan pakaian jadi.

Sementara itu, sektor tambang tumbuh 7,27% menjadi US$2,72 miliar, dan meningkat signifikan 44,64% dibandingkan Juli tahun lalu. Adapun, komoditas yang meningkat pada Juli antara lain batu bara, biji logam, dan beberapa komoditas lainnya.

Untuk sektor migas, ekspor Indonesia mengalami penurunan sebesar 15,06% dari bulan lalu menjadi US$1,43 miliar. Namun, ekspor migas tercatat tumbuh 22,59% dibandingkan dengan posisi ekspor Juli 2018.

Dari neraca impor, BPS mencatat impor mengalami kenaikan tajam sebesar 62,17 % menjadi US$18,27 miliar dari bulan sebelumnya. "Kenaikan ini disebabkan impor nonmigas yang meningkat lebih tinggi."

Secara sektornya, BPS mencatat seluruh barang impor mengalami kenaikan.

Barang konsumsi meningkat cukup tinggi sebesar 70,50% dibandingkan bulan Juni 2018 menjadi US$1,72 miliar didorong oleh impor komoditas beras, apel dari Tiongkok, daging dari India dan beberapa jenis obat-obatan.

Bahan baku naik 59,28% menjadi US$13,67 miliar didorong impor kapas dari AS dengan nilai yang lumayan besar US$176 juta.

Adapun, komoditas impor bahan baku lainnya a.l. bungkil kedelai serta beberapa bahan kimia seperti potasium chloride. Impor bahan baku secara tahunan tercatat tumbuh 30,07% dari periode yang sama tahun lalu

Sementara itu, impor barang modal naik paling tinggi sebesar 71,95% menjadi US$2,88 miliar dipicu oleh peningkatan impor mesin generator gas, portable receiver dan beberapa jenis kendaraan truk serta excavator.

Secara tahunan, impor bahan modal tercatat tumbuh 24,81% dibandingkan dengan Juli 2017. "Ini diharapkan mengerakan sektor infrastruktur dan kemudian mendorong pertumbuhan," kata Suhariyanto.

0 comments

    Leave a Reply