April 20, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Deputi BUMN Nyatakan PLN Siap Antisipasi Risiko Keuangan

iVOOXid, Jakarta - PT PLN (Persero) menyiapkan berbagai langkah mengantisipasi risiko keuangan perusahaan lewat sejumlah bentuk pendanaan diantaranya melakukan revaluasi aset, meningkatkan produktifitas aset eksisting, efisiensi operasi dan pengadaan barang dan jasa.

"Kondisi likuiditas PLN selalu dijaga untuk mampu mendanai operasi perusahaan dan pemenuhan kewajiban terhadap kreditur, baik kreditur perbankan maupun pemegang obligasi perusahaan," kata Deputi Bidang Usaha Energi, Logistik, Kawasan dan Pariwisata Kementerian BUMN, Edwin Hidayat Abdullah, di Jakarta, Rabu (27/9/2017).

Menurut Edwin, kebutuhan pendanaan melalui pinjaman diutamakan untuk dipenuhi dari lembaga multilateral development bank guna mendapatkan biaya uang "cost of fund "lebih murah dan penarikan pinjaman disesuaikan dengan progress kemajuan proyek.

Sebelumnya, di sejumlah kalangan beredar surat Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dengan perihal Perkembangan Risiko Keuangan Negara atas Penugasan Infrastruktur.

Surat bersifat penting dan segera tertanggal 19 September 2017 itu menyoroti adanya risiko dalam keuangan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) yang ditujukan kepada Menteri Energi ESDM Ignasius Jonan dan Menteri BUMN Rini Soemarno.

Surat yang bernomor S-781/MK.08/2017 itu ditembuskan juga kepada Kepala Kantor Staf Kepresidenan, Direktur Utama PLN dan Dewan Komisaris PLN itu diduga bocor ke publik.

Kementerian Keuangan melalui Kepala Biro Nufransa Wira Sakti kemudian mengeluarkan siaran pers yang menyesalkan beredarnya salinan surat internal Pemerintah tersebut dan menilai bahwa hal itu merupakan tindakan melanggar peraturan, sehingga akan melakukan pengusutan.

Menanggapi hal itu, Edwin menjelaskan, bahwa surat Menteri Keuangan tersebut merupakan perhatian atas penerapan tatakelola yang pruden(hati-hati) dan sehat, dalam bentuk pemberian awareness adanya potensi risiko sehingga dapat disiapkan mitigasi yang tepat agar Program dapat tereksekusi dengan baik.

"PLN mempunyai posisi yang sangat strategis bagi pembangunan perekonomian dan program 35 GW merupakan program infrastruktur strategis untuk mendorong pertumbuhan perekonomian Indonesia," ujarnya.

Merealisasikan proyek 35 GW atau 35.000 megawatt membutuhkan dana yang tidak sedikitsehingga memerlukan dukungan dari semua pemangku kepentingan atau stakeholder.

Pada saat yang bersamaan, PLN juga mengemban tugas Public Service Obligation (PSO), dimana selain menjual listrik bersubsidi kepada beberapa golongan pelanggan juga berupaya memberikan tarif yang mampu meningkatkan "competitiveness" bisnis dan industri.

Selama tahun 2017 tidak ada kenaikan tarif tenaga listrik (TTL) untuk pelanggan non subsidi meskipun terjadi lonjakan harga energi primer terutama batubara. (ant)

0 comments

    Leave a Reply