October 25, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Cetak Agrososiopreneur, Kementan Dorong Petani Milenial Perkuat Hilirisasi

IVOOX.id, Malang - Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong agar petani tak lagi menjual produk mentah, melainkan produk olahan dari produk yang dihasilkannya. Hal itu dimaksudkan sebagai upaya mencetak agrososiopreneur yang merupakan ciri dari pertanian yang maju, mandiri dan modern.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) menerangkan, saat ini sektor pertanian telah masuk ke dalam era industri 4.0. Cirinya adalah penggunaan inovasi teknologi dan mekanisasi pertanian yang semakin mempercepat proses produksi petani. "Maka, pertanian kita pun harus dimoderasi. Petani Indonesia tidak boleh tertinggal karena banyak inovasi teknologi dan mekanisasi yang dibuat untuk meningkatkan produktivitas pertanian,” kata Mentan SYL.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi juga menambahkan, tujuan pembangunan pertanian nasional yakni menyediakan pangan bagi seluruh rakyat Indonesia, meningkatkan kesejahteraan petani dan menggenjot ekspor.

"Untuk mewujudkan ketiga hal tersebut, kata kuncinya adalah peningkatan produktivitas pertanian. Produktivitas itu di dalamnya ada kualitas, kuantitas dan kontinuitas," kata Dedi saat mengisi kuliah umum dalam rangka Dies Natalies ke-3 Polteknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Malang dengan tema 'Agrososiopreneur Berbasis Teknologi di Era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0', Kamis (24/6/2021).

Menurut Dedi, siap tak siap, mau tak mau kita harus bertransformasi dari pola pertanian tradisional ke dalam sistem pertanian modern. Ia memaparkan ada beberapa ciri pertanian modern. Salah satu di antaranya adalah penggunaan inovasi teknologi dan mekanisasi dalam sektor pertanian. "Ciri lainnya dalam sistem pertanian modern adalah harus menggunakan varietas berprovitas tinggi. Dengan pertanian modern produktivitas akan meningkat," papar Dedi.

Bukan hal mustahil kata Dedi jika produktivitas pertanian akan meningkat ketika pola pertanian kita bergeser ke arah modern. Sebab, penggunaan alat-alat mekanisasi pertanian akan mengurangi biaya produksi dan mempercepat proses produksi. "Dengan alat mesin pertanian (alsintan) akan mengurangi biaya produksi 40-60 persen. Proses produksi juga bisa berlangsung cepat," tutur Dedi.

Ciri ketiga pertanian modern di era 4.0 adalah pemanfaatan teknologi informasi, internet of things dan lain sebagainya. "Dahulu pertanian kita hanya tanam, petik, jual. Tapi sekarang, pertanian harus bergerak dari hulu ke hilir sampai pada proses pascaproduksi dan pemasarannya," kata Dedi.

Dalam pertanian modern, petani tak lagi hanya sekadar menjual produk tanaman pangan dan hortikultura mereka saja. "Hasil produksi diolah dulu. Petani jangan lagi jual gabah, tapi beras dengan kemasan yang cantik. Petani ubi jangan jual ubi, tapi keripik. Petani jagung jangan lagi jual jagung, tapi tepung jagung," harap Dedi.

Untuk itu, perlu adanya transformasi besar-besaran dalam sektor pertanian nasional. "Transformasi mindset, pola pikir harus diubah. Dulu, pertanian itu keterpaksaan karena tak ada lapangan pekerjaan. Tetapi sekarang, pertanian yang harus menghasilkan lapangan pekerjaan. Orientasi pertanian harus bisnis," tegas dia.

Sementara Direktur Polbangtan Malang, Setya Budhi Udrayana tak menampik jika era saat ini pertanian tak bisa dilepaskan dari kemajuan zaman. Adaptasi sektor pertanian dengan perubahan yang bergulir dengan cepat harus dilakukan setiap saat. "Dunia sudah tak bisa dilepaskan dari teknologi informasi. Tugas pertanian menjaga pangan bagi seluruh rakyat Indonesia. Tugas menjaga pertanian itu mulia dan sangat menjanjikan," kata Setya Budhi.

Di sisi lain, ia menerangkan jika Dies Natalies Polbangtan Malang ke-3 jatuh pada 25 Juni. "Namun rangkaiannya sudah dilaksanakan sejak 21 Juni bertepatan dengan Hari Krida Pertanian. Kami melaksanakan berbagai kegiatan seperti pelatihan tematik, keterampilan, pameran pertanian dan berbagai kegiatan lainnya," urainya.

0 comments

    Leave a Reply