October 6, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

CEO Facebook "Keukeuh" Tak Moderasi Posting Trump Meski Menuai Kecaman

IVOOX.id, California - CEO Facebook Mark Zuckerberg pada hari Selasa atau Rabu dinihari WIB bersikeras mengatakan kepada karyawan bahwa ia tetap pada keputusan perusahaan untuk tidak memoderasi posting Presiden Donald Trump yang mengatakan "ketika penjarahan dimulai, penembakan dimulai" di akun sosial media tersebut.

Zuckerberg mengumumkan hal ini kepada para karyawan selama pertemuan virtual pada hari Selasa, menurut The New York Times. Keputusan itu dikeluarkan kendati ada kecaman publik dari lusinan karyawan, banyak di antaranya berpendapat bahwa posting dari Trump melanggar standar komunitas Facebook, yang melarang bahasa yang memicu kekerasan serius.

Brandon Dail, seorang insinyur antarmuka pengguna Facebook, mencuit pada hari Selasa yang berisi kritik terhadap para pemimpin Facebook.

Keputusan Zuckerberg untuk tidak memoderasi posting itu berbeda jauh dengan yang dilakukan Twitter saingannya, yang menandai label peringatan terhadap retorika keras presiden. Twitter juga mencegah pengguna menyukai atau me-retweet tweet Trump tersebut.

Selain kritik terhadap keputusan tersebut, setidaknya dua karyawan Facebook memposting di media sosial bahwa mereka meninggalkan perusahaan sebagai akibat dari penolakan menindak posting moderat.

"Saya tidak tahan dengan penolakan terus-menerus dari Facebook untuk bertindak atas pesan fanatik presiden yang bertujuan meradikalisasi publik Amerika," insinyur perangkat lunak Timothy Aveni memposting di LinkedIn.

Pihak lain di industri teknologi juga mengkritik perusahaan itu karena tidak bertindak. Ilmuwan data Ayodele Odubela pada hari Selasa mencuit screenshot dari tanggapannya terhadap seorang perekrut Facebook, mengatakan dia menolak untuk bekerja untuk sebuah perusahaan dengan kebijakan yang tidak dia setujui.

"CEO Anda menolak untuk melakukan apa pun tentang pidato kebencian dan kekerasan yang dihasut oleh 'presiden' kita di Facebook," tulisnya.

Facebook juga telah dikritik oleh setidaknya dua mitranya.

Setelah berbicara dengan Zuckerberg dan COO Facebook Sheryl Sandberg pada hari Senin, Presiden Color of Change Rashad Robinson mencuit bahwa ia “kecewa dan terpana dengan penjelasan yang tidak masuk akal karena membiarkan hasutan Trump terhadap kekerasan terhadap orang kulit hitam tetap ada.” Color of Change adalah organisasi keadilan rasial yang telah bekerja dengan Facebook dalam audit hak-hak sipil jaringan sosial.

"Jika warga biasa dapat disingkirkan dari situs media sosial karena menghasut kekerasan ... kita harus memiliki standar untuk orang yang paling kuat di dunia yang pelecehan dan serangannya dapat menyebabkan tingkat kekerasan yang lebih dalam yang kita tahu," kata Robinson kepada CNBC.

Talkspace, sebuah perusahaan yang menyediakan terapi online, pada hari Senin mengumumkan bahwa mereka mengakhiri perjanjian kemitraan dengan Facebook setelah keputusan perusahaan untuk tidak memoderasi posisi Trump.

Sebelumnya, Trump menyerang Twitter yang melabeli cuitannya, dan sebaliknya menelepon Zuckerberg, saat CEO Facebook menyatakan tidak akan men-delete posting sang Presiden.

Masalahnya, selama ini Facebook memiliki kebijakan yang sama dengan Twitter untuk melarang posting beisi ujaran kebencian atau menghasut kekerasan. Jika Twitter konsisten dengan aturan itu, tidak dengan Facebook.(CNBC)

0 comments

    Leave a Reply