Bonus Demografi Bisa Menjadi Sia – Sia Karena Stunting

IVOOX.id - Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPENAS) mengingatkan bahaya kejadian stunting di Indonesia yang dapat menjadi sia – sia karena kejadian stunting. Masalah stunting baru dianggap serius dewasa ini, karena Indonesia yang sedang memasuki masa bonus demografi hingga 2030 mendatang akan menjadi sia – sia jika stunting merajalela.

Pada 2030 penduduk dengan masa usia aktif ( 15 – 64 tahun) diprediksi 68% dari total populasi penduduk. Angkatan tua (65 tahun keatas ) 9% dari total populasi penduduk. Sedangkan berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013, menunjukan 37,2% atau 9 juta balita di Indonesia mengalami stunting. Artinya 1 dari 3 balita di Indonesia mengalami stunting.

Menghadapi kondisi ini Pemerintah telah menetapkan program penghentasan stunting menjadi program prioritas pemerintah dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2018 dan 2019. Pada 2018 Pemerintah fokus pada pencegahan dan penurunan angka Stunting di 100 kabupaten/ kota prioritas. Pada 2019 angka tersebut akan di tambah 169 kabupaten/ Kota.

Penurunan stunting juga menjadi target Program Kerja Menengah Nasional Pemerintah 2015 – 2019. Program ini diharapkan akan sejalan dengan penurunan animea pada bayi, Berat lahir rendah pada bayi, Bayi dengan berat dibawah rata – rata (underweight), Bayi dengan berat badak kudrang dibanding tinggi badanya (wasting), Obesitas dan Perluasan cakupan ASI Ekslusif.

Untuk mewujudkannya maka pemerintah berupaya meningkatkan kesejahteraaan masyarakat. Pemerintah berupaya meningkatakan pendapatan masyarakat khususnya yang terindikasi angka stunting tinggi. Proyek – proyek padat karya diarahkan ke daerah – daerah tersebut. Hal ini diharapkan akan menimbulkan pemerataan kesejahteraan.

Jika tidak segera ditanggulangi maka bonus demografi ini akan menjadi sia – sia. Indonesia hanya akan memiliki banyak generasi muda yang tidak produktif. Hal in dikarenakan stunting akan menghasilkan generasi yang serba kekurangan.