March 29, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

BNPB: Kerusakan Gempa Terparah di Lombok Utara

IVOOX.id, Jakarta -  Pascagempa bumi yang melanda wilayah Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), menyebabkan kerusakan di beberapa daerah. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan kerusakan terparah terdampak gempa 7 Skala Richter (SR) yakni wilayah Lombok Utara.

Gempa bumi yang terjadi pada Minggu (5/8) malam itu, berpusat pada kedalaman 15 kilometer dan berlokasi pada 8.37 Lintang Selatan dan 116.48 Bujur Timur.

"Dampak terparah memang di Lombok Utara karena episentrumnya ada di sana. Skala yang dirasakan lebih dari 7 MMI (Modified Mercalli Intensity)," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, seperti yang dilansir Antara, Senin (6/8).

Sutopo menambahkan, ada beberapa daerah lain yang mengalami kerusakan, seperti di wilayah Lombok Timur. Akan tetapi akibat gempa susulan yang terjadi, kerusakan lebih banyak mengarah ke barat. Secara keseluruhan wilayah Lombok mengalami gempa dengan level 7 hingga lebih dari 7 MMI.

Sedangkan wilayah lain seperti Bima, Denpasar, Karangasem yang merasakan gempa dengan level 5-6 MMI mengalami kerusakan ringan jika saja bangunan memenuhi standar tahan gempa. Sementara wilayah Kuta merasakan gempa pada level 4 MMI yang seharusnya tidak mengalami kerusakan jika bangunan standar tahan gempa.

Untuk wilayah Jawa Timur seperti Malang, Genteng, Situbondo dan NTT seperti Waingapu merasakan gempa dengan skala 2-3 MMI.

Sementara itu, jumlah korban meninggal dunia, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, hingga Senin (6/8), jumlah korban meninggal menjadi 91 orang, 209 luka-luka, ribuan rumah rusak, dan puluhan ribuan mengungsi.

“Ini data sementara, kemungkinan bisa bertambah karena pendataan masih dilakukan,” katanya seperti yang dilansir Antara, Senin (6/8).

Dirinya menambahkan mayoritas korban meninggal dikarenakan karena tertimpa bangunan yang roboh ketika gempa. Selain itu terdapat pula korban meninggal setelah terjatuh kemudian mengalami stroke ketika menyelamatkan diri.

“Korban meninggal segera dibawa ke rumah sakit untuk diidentifikasi dan akan mendapat santunan sebesar Rp15 juta dari Kementerian Sosial. Sedangkan yang terluka segera dirawat di rumah sakit dan mendapat santunan Rp2,5 juta” ucapnya.

Sutopo menyebutkan, hingga saat ini pencarian korban masih terus dilakukan karena belum seluruh wilayah terjangkau oleh tim gabungan SAR.

Saat gempa melanda ada sekitar 10 ribu masyarakat yang mengungsi yang tersebar dibeberapa titik lokasi pengungsian setelah gempa berkekuatan 6,4SR yang terjadi pada akhir Juli 2018 lalu. BNPB memprediksi jumlah pengungsi akan bertambah menjadi dua kali lipat menjadi 20.000 orang.

“Pendataan otomatis diulang lagi dari awal, karena ada rumah warga yang kondisinya retak pascagempa 6,4 SR sekarang roboh” ujar Sutopo.

Selain itu, masyarakat masih tidak paham terkait status level Waspada Tsunami yang dikeluarkan oleh BMKG, sehingga masyarakat kebanyakan mengungsi di perbukitan atau daerah yang lebih tinggi meskipun status waspada telah dicabut sejak Minggu malam

“Meski demikian banyak pula dari mereka yang memilih mengungsi hanya di depan rumah masing-masing sambil menjaga harta bendanya” , lanjutnya.

Sedangkan terkait evakuasi korban bencana gempa bumi yang melanda kawasan Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) masih terkendala minimnya alat berat.

Komandan Komando Resor Militer (Danrem) 162/Wira Bhakti Kolonel Czi Ahmad Rizal mengatakan alat berat semacam ekskavator dibutuhkan untuk mengeluarkan korban yang masih tertimpa bongkahan besar dari reruntuhan bangunan.

"Seperti tadi di Masjid di Desa Tanjung, di sana kami berupaya mengeluarkan korban 30 orang, tapi yang bisa kami keluarkan hanya dua orang, sisanya 28 orang masih tertimpa kubah besar. Jadi sampai sekarang belum sempat kami keluarkan, karena harus menggunakan bantuan alat berat," katanya.

Sedangkan upaya evakuasi yang dilakukan oleh tim bersama dengan jajaran terkait masih menggunakan alat seadanya.

"Sekarang kami saat ini belum ada dukungan alat berat. Kita coba maksimalkan yang ada dulu. Semoga bantuan segera datang," ujarnya.

0 comments

    Leave a Reply