September 30, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

BMKG Ingatkan Sepekan Kedepan Potensi Awan Cumulonimbus yang Bahayakan Penerbangan

IVOOX.id, Jakarta - BMKG memberi peringatan akan cuaca sepekan ke depan. Utamanya bagi dunia penerbangan. Ada pembentukan awan cumulonimbus yang bisa membahayakan.

"Sementara itu, untuk cuaca penerbangan berdasarkan prediksi untuk 7 (tujuh) hari ke depan (23-28 Januari 2021), saat ini secara umum masih berpotensi tinggi terjadinya pembentukan awan-awan Cumulonimbus (CB) yang dapat membahayakan penerbangan," demikian siaran pers BMKG, Sabtu (23/1).

BMKG, dalam siaran pers itu, juga memberi penjelasan bahwa awan Cumulonimbus dengan persentase cakupan spasial maksimum antara 50-75% (OCNL/Occasional) diprediksi terjadi di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Papua Barat dan Papua.

"Kondisi ini juga terjadi di wilayah perairan mulai dari Samudra Hindia barat, Bengkulu hingga Jawa Tengah, Perairan Utara Jawa Tengah, Laut Sumbawa, Laut Flores, Selat Makasar, Laut Sulawesi, Perairan selatan Bali hingga NTT dan Samudra Hindia selatan Bali-NTT, Laut Arafuru, Samudra Pasifik utara Papua," demikian paparan BMKG.

Kemudian, Awan Cumulonimbus dengan persentase cakupan spasial lebih dari 75 persen (FRQ / Frequent) selama 7 hari ke depan diprediksi terjadi di Samudera Hindia utara Australia Barat.

"Untuk itu BMKG terus mengimbau masyarakat dan semua pihak yang terkait dengan sektor transportasi, agar selalu meningkatkan kewaspadaan terhadap cuaca signifikan atau potensi cuaca ekstrem yang masih dapat terjadi di puncak musim hujan ini, demi mewujudkan keselamatan dalam layanan penerbangan," demikian pesan BMKG.

Selain itu juga, untuk mempercepat dan memperluas layanan informasi cuaca penerbangan, sejak 2018, BMKG menyampaikan update informasi prakiraan cuaca di seluruh bandara melalui aplikasi mobile phone Info BMKG, juga melalui layar-layar display cuaca di seluruh bandara, pelabuhan dan display cuaca publik untuk beberapa lokasi strategis.

"Informasi dalam aplikasi Info BMKG tersebut meliputi informasi cuaca setiap jam hingga prediksi kondisi cuaca untuk empat jam ke depan, sedangkan informasi prakiraan dan peringatan dini cuaca untuk area maupun rute penerbangan seperti SIGWX (Significant weather Chart) dan SIGMET (Significant Meteorological Information) dapat diakses dalam laman aviation.bmkg.go.id," urai BMKG.

Puncak Musim Hujan hingga Februari 2021

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga mencatat sebagian besar wilayah Indonesia yaitu 94 persen dari 342 Zona Musim saat ini telah memasuki puncak musim hujan seperti yang telah diprediksikan sejak Oktober 2020 lalu, di mana Puncak Musim Hujan akan terjadi pada Januari dan Februari 2021, untuk itu perlu diwaspadai terjadinya cuaca ekstrem.

"Kami mengimbau masyarakat dan seluruh pihak untuk tetap terus mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang cenderung meningkat di dalam periode Puncak Musim Hujan ini," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers secara daring.

Sebagian besar wilayah yang berada pada Puncak Musim Hujan tersebut terutama sebagian Sumatera bagian Selatan, sebagian besar Jawa, sebagian Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, sebagian Sulawesi, sebagian Maluku, sebagian Papua Barat dan bagian selatan Papua.

Puncak musim hujan di wilayah tersebut diperkirakan akan berlangsung hingga Februari 2021BMKG

Pada periode musim hujan dan puncak musim hujan ini juga sering terjadi peristiwa cuaca ekstrem dengan curah hujan kategori tinggi dan sangat tinggi.

Sementara menurut Deputi Bidang Meteorologi Guswanto mengatakan, peningkatan trend curah hujan ekstrem ini selain dipicu oleh fenomena dan/atau gangguan skala iklim, dikaitkan juga sebagai dampak perubahan iklim.

Hasil kajian untuk wilayah Jakarta, menunjukkan bahwa frekuensi kejadian hujan tinggi yang semakin meningkat (Siswanto dkk, 2015).

"Dari pengamatan BMKG walaupun curah hujan berada pada tingkat sedang, namun masih berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi. Hal ini tergantung pada daya dukung lingkungan dalam merespon kondisi curah hujan," kata Guswanto.

Misal jika terjadi banjir bandang, dikarenakan adanya sisa-sisa penebangan pohon di bagian hulu, yang dapat menahan air. Jika hujan terus berlangsung, kemudian akan hanyut dan mengakibatkan banjir bandang di bagian hilirnya.

Demikian pula banjir dan genangan, selain akibat curah hujan tinggi juga dapat diakibatkan kondisi permukaan yang tidak mendukung air mengalir dengan cepat atau normal ke saluran-saluran yang semestinya.

0 comments

    Leave a Reply