September 21, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

BI: Dolar AS Akan Tekan Rupiah Sepanjang 2018

IVOOX.id, Jakarta - Keperkasaan dolar Amerika Serikat yang terus menekan nilai tukar rupiah dan mata uang negara lain diproyeksikan akan terus terjadi hingga akhir 2018, demikian kata Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo.

Dody mengatakan meskipun tekanan dolar AS akan membayangi rupiah sepanjang tahun ini, BI akan menjaga nilai rupiah agar tidak kembali melemah ke level yang jauh dari nilai fundamentalnya.

Memang sejak pembukaan perdagangan Rabu (20/6/2018) dan Kamis (21/6/2018), seusai libur panjang Lebaran, nilai rupiah kembali melemah terhadap dolar AS.

Di pasar spot Kamis siang, rupiah melemah dan diperdagangkan di Rp 14.099 per dolar AS. Kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (Jisdor) yang diumumkan BI juga mencatat nilai rupiah turun hingga Rp 14.090 per dolar AS.

Hingga Kamis petang, nilai tukar rupiah per dolar AS sudah menyentuh angka Rp 14.102 atau turun 170 poin jika dibandingkan dengan sebelum libur Lebaran yang berkisar di besaran Rp 13.902 per dolar AS.

Menurut Dody, rupiah melemah karena perbaikan data ekonomi AS, semakin sengitnya perang dagang antara AS dan Cina, isu stabilitas geopolitik, serta eskpetasi pasar terhadap kenaikan suku bunga The Federal Reserve sebanyak 3-4 kali tahun ini.

"BI sudah kalkulasi kemungkinan dolar AS masih akan menguat terhadap mata uang negara lain hingga akhir 2018," ujar Dody.

Ia mengatakan BI akan mejaga agar kepercayaan investor terhadap aset rupiah tetap positif.

"Atau seandainya rupiah melemah dapat terjadi secara wajar, tidak overshooting jauh dari nilai fundamentalnya," ujar dia.

BI memiliki empat strategi lanjutan, yakni pertama, menerapkan fokus kebijakan jangka pendek untuk memperkuat stabilitas ekonomi, khususnya stabilitas nilai tukar rupiah.

Kedua, BI akan menempuh kebijakan lanjutan yang bersifat antisipatif dan mendahului dibanding tekanan yang akan timbul.

"Kebijakan lanjutan tersebut dapat berupa kenaikan suku bunga yg disertai dengan relaksasi kebijakan pelonggaran kebijakan pinjaman untuk mendorong sektor perumahan, (Loan to Value/LTV)," ujar dia.

Selanjutnya, BI juga akan melanjutkan kebijakan intervensi ganda di pasar SBN dan valas, menjaga likuiditas longgar, dan menerapakan komunikasi yang intensif, serta mempererat koordinasi BI, pemerintah, dan OJK.

0 comments

    Leave a Reply