April 29, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Beda Situasi, Tapertantrum 2013 Tak Terulang Saat Ini

IVOOX.id, Jakarta - Gejolak pasar keuangan global yang terjadi pada 2013-2014 silam yang dikenal sebagai "tapertantrum", saat bank sentral AS melakukan pengetatan moneter dengan mengurangi pembelian obligasi (tapering-off), diyakini tak akan terulang pada kondisi gejolak saa ini.

Demikian pendapat Senior Portofolio Manager Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Caroline Rusli dalam risetnya yang dirilis Sabtu (21/7). Menurut dia, kondisi saat ini berbeda dengan tapertantrum 2013.

Seperti diketahui, aksi jual investor global terhadap aset emerging market terus berlanjut di sejumlah negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal serupa pernah terjadi pada 2013 silam, saat The Fed melakukan tapering, mengurangi stimulus ekonomi secara bertahap.

Menurutnya, dampak normalisasi kebijakan moneter The Fed saat ini akan lebih moderat ditopang oleh kondisi makro ekonomi Indonesia yang lebih kuat.

Dia memaparkan, ada tiga indikator kuatnya kondisi makro ekonomi. Pertama inflasi yang terkendali, di mana saat ini di kisaran 3,5% YoY, dibandingkan 2013 yang sempat mencapai 8,2% YoY.

Kedua adalah perbedaan suku bunga riil yang jauh lebih tinggi dibandingkan 2013, sehingga Indonesia tidak serta merta harus mengikuti kenaikan suku bunga dan imbal hasil obligasi AS. "Ketiga adalah posisi cadangan devisa yang lebih tinggi," kata Caroline.

Adapun sentimen positif yang akan mendorong pasar saham ke level yang lebih tinggi menurutnya adalah perbaikan truktural yang dicanangkan oleh pemerintah, yang akan membuat ekonomi Indonesia lebih stabil dan efisien.

Misalnya pembangunan infrastruktur dan konektivitas yang baik akan menurunkan biaya logistik. Alhasil, harga barang-barang lebih terjangkau dan subsidi pemerintah pun akan berkurang.

Belum lagi multiplier effect yang timbul akibat konektivitas tersebut. Keterhubungan kota dan pulau akan mempercepat pertumbuhan dan pemerataan ekonomi, sehingga kesenjangan akan berkurang.

"Sentimen positif jangka pendek adalah kenaikan harga komoditas seperti batubara yang meningkatkan ekspor dan mendorong konsumsi. Selain itu, turunnya impor minyak setelah Lebaran akan memperbaiki neraca perdagangan Indonesia," paparnya.

0 comments

    Leave a Reply